Perubahan iklim bukanlah mitos, tetapi problem manusia dan peradaban

1 week ago 6
Jadi, mari kita utamakan isu perubahan iklim dan emisi karbon rendah di setiap forum multilateral yang memungkinkan. Karena hanya dengan melakukan itu, kita mungkin bisa mengubah sikap,

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Wakil Kepala Badan PPN/Bappenas Febrian Alphyanto Ruddyard menegaskan bahwa perubahan iklim bukan mitos.

“Perubahan iklim bukanlah mitos. Kita dapat dengan mudah melihat dampak perubahan iklim terhadap kehidupan kita sehari-hari,” ucapnya dalam agenda Public Dialogue: Shaping Tomorrow: Intergenerational Action Towards A Low-Carbon and Green Economy di Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan bahwa perubahan iklim bukan hanya masalah satu negara, tetapi juga problem manusia dan peradaban.

Karena itu, dalam rangka mengatasi persoalan tersebut, maka harus dilakukan secara bersama. Walaupun ada negara-negara besar dan kuat secara militer maupun ekonomi, tetapi dibutuhkan kolaborasi untuk mengatasi perubahan iklim, tidak bisa sendiri-sendiri.

Baca juga: KLH: Simulasi ulang dilakukan untuk target yang masuk Second NDC

Upaya menyelesaikan tantangan ini juga ditujukan untuk generasi mendatang agar mereka mampu memiliki kesempatan hidup dan dapat mengembangkan negara mereka masing-masing menjadi lebih baik lagi.

Isu perubahan iklim juga tak hanya harus dibahas oleh Bappenas, lanjutnya, tetapi juga oleh forum-forum internasional, entah berkaitan dengan perdagangan, keamanan politik, hingga pembangunan.

“Jadi, mari kita utamakan isu perubahan iklim dan emisi karbon rendah di setiap forum multilateral yang memungkinkan. Karena hanya dengan melakukan itu, kita mungkin bisa mengubah sikap,” ujar Febrian.

Saat menjadi diplomat pada tahun 2007, dia masih berpandangan bahwa perubahan iklim itu hanya mitos belaka. Namun, hampir 12 tahun lamanya hingga 2019, Febrian baru menyadari persoalan ini benar adanya.

Baca juga: RI persiapkan perluasan MRA perdagangan karbon dengan sejumlah negara

“Bisakah Anda bayangkan mengubah pemimpin saat ini di negara lain yang masih tidak percaya pada perubahan iklim? Anda akan butuh 12 tahun jika Anda tidak mempersiapkan generasi berikutnya untuk berdiskusi,” ungkap Wakil Kepala Bappenas.

Dirinya menekankan agar isu perubahan iklim dapat dibahas oleh berbagai pemangku kepentingan, dan melakukan inisiatif nyata mengatasi masalah tersebut.

Walaupun mungkin ada sebagian negara yang kesulitan untuk mengatasi soal ini, tetapi menjaga komitmen harus tinggi dengan membuka peluang kolaborasi antar pihak.

“Tidak setiap negara memiliki kemampuan untuk membiayai (permasalahan perubahan iklim). Namun, begitu kita menganggap ini sebagai tujuan global, sebagai barang publik, maka saya percaya kita harus bekerja berdampingan, bahu-membahu, untuk dapat mengatasi tantangan peradaban ini. Tidak hanya tantangan nasional, (tetapi juga) tantangan peradaban,” kata Wakil Menteri PPN.

Baca juga: Studi: perubahan iklim picu meningkatnya kekeringan salju

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |