Perdana di RI, Medco ubah tanker jadi FPSO di proyek Forel dan Terubuk

4 hours ago 3

Tangerang, Banten (ANTARA) - PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi) menjadi perusahaan pertama yang memanfaatkan pengubahan tanker minyak menjadi Floating Production, Storage, and Offloading (FPSO) di Indonesia, ketika menggarap proyek migas Forel dan Terubuk.

“Itu (Marlin Natuna) dari tanker diubah menjadi production unit, dikerjakan hampir seratus persen oleh putra-putri Indonesia. Ini pencapaian yang luar biasa,” ujar Direktur & Chief Administrative Officer MedcoEnergi Amri Siahaan di IPA Convention & Exhibition, Tangerang, Banten, Selasa.

Marlin Natuna merupakan proyek konversi kapal tanker pertama menjadi FPSO di Indonesia. ​​​​​​FPSO Marlin Natuna yang memiliki kapasitas produksi 250.000 barel itu akan menampung minyak bumi dari proyek Forel di Natuna, Kepulauan Riau (Kepri).

Menurut Amri, capaian tersebut patut menerima apresiasi, sebab mengubah kapal tanker menjadi FPSO tidaklah mudah. Terlebih, pengubahan tersebut dilakukan untuk pertama kalinya di Indonesia, dan oleh sumber daya manusia (SDM) Indonesia pula.

“Ini pencapaian pertama yang terjadi di Indonesia, dan baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Ini terus terang tidak mudah, ruwet banget, tetapi kita berhasil,” kata Amri.

Keberhasilan tersebut tak luput dari peran masyarakat lokal yang turut berkontribusi dalam proyek Forel dan Terubuk.

Saat ini, MedcoEnergi memberdayakan lebih dari 6.300 pekerja tetap dan 15.000 kontraktor, di mana 48 persen berasal dari generasi milenial dan 21 persen peran manajerial diisi oleh perempuan.

“Tidak mungkin kita bisa beroperasi tanpa dukungan dari masyarakat sekitar,” kata dia.

Proyek Forel dan Terubuk milik MedcoEnergi, yang hampir 100 persen pekerjanya diisi oleh SDM Indonesia, menuai apresiasi dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.

Ketika meresmikan proyek tersebut di Laut Natuna, Kepulauan Riau, Jumat (16/5), Bahlil dengan bangga menyatakan bahwa capaian TKDN proyek tersebut berada di angka 100 persen.

"Proyek ini mempunyai nilai strategis karena yang punya adalah anak kandung daripada Republik Indonesia, karena pekerjanya juga semua anak-anak negara Republik Indonesia. Termasuk kapal FPSO pertama juga adalah buatan 100 persen TKDN Indonesia," kata Bahlil.

Lapangan migas Forel beroperasi sejak 12 Mei 2025, telah memproduksi 10 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan memiliki potensi hingga 13.500 BOPD. Lapangan Terubuk, yang onstream sejak 24 April 2025 dengan kapasitas awal 4.000 BOPD, ditargetkan mencapai 6.500 BOPD dan 60 MMSCFD gas setelah fasilitas Terubuk M beroperasi pada Oktober mendatang.

Total tambahan kapasitas sebesar 30.000 BOEPD, dengan total nilai investasi mencapai 600 juta dolar AS atau sekitar Rp9,850 triliun (kurs Rp16.416).

Baca juga: Prabowo: Dua lapangan minyak di Natuna tonggak capai swasembada energi

Baca juga: Menteri ESDM: Forel dan Terubuk tambah produksi minyak 20 ribu BPH

Baca juga: Investasi lapangan minyak di Forel dan Terubuk - Natuna hampir Rp10 T

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |