Jakarta (ANTARA) - Psikiater asal Universitas Sebelas Maret Surakarta dr. Jiemi Ardian Sp.KJ mengatakan adanya pergeseran budaya dalam pola asuh antargenerasi bisa menimbulkan trauma antara orang tua dan anak yang dialami kebanyakan generasi saat ini.
"Ada pergeseran budaya, cara mereka meminta maaf berubah dengan cara kita berharap mereka meminta maaf, tabrakan budaya ini yang menyebabkan trauma, bukan sekadar orang tua gak meminta maaf," kata Jiemi dalam peluncuran buku "Pulih dari Trauma" di Jakarta, Minggu.
Jiemi mengatakan pada generasi orang tua terdahulu bahasa untuk meminta maaf tidak banyak yang melakukan komunikasi secara langsung namun dilakukan dengan tindakan lain atau nonverbal, dan hal itu dianggap wajar pada masa lalu.
Seiring berkembangnya zaman, budaya bergulir dan adanya informasi dari internet yang bisa diakses membuat generasi saat ini menginginkan adanya komunikasi dua arah, termasuk saat terjadi konflik.
Baca juga: Kenali "Tiger Parenting", pola asuh cenderung buruk bagi anak
Kesenjangan antara dua budaya yang berbeda ini membuat realita yang terkadang tidak sesuai dengan kemauan generasi muda sehingga menyebabkan munculnya trauma dengan orang tua.
"Kita ngerasanya mereka gak pernah meminta maaf, kemudian kita jadi punya trauma karena orang tua saya tidak pernah meminta maaf padahal konteksnya gak sesederhana itu," katanya.
Jiemi mengatakan banyak orang tua memiliki niat baik untuk berkomunikasi namun karena perbedaan budaya pola asuh yang terbentuk sejak dulu, membuat anak akhirnya tidak relevan dengan cara tersebut dan memutuskan hubungan keluarga.
Ia mengatakan jika anak bisa memulihkan trauma tersebut dan berusaha berbicara dengan orang tua, mereka akan bisa mengerti dan mau berkolaborasi untuk memperbaiki pola asuh yang disepakati.
"Kenapa penting untuk memulihkan luka karena kadang itu luka yang kita bawa juga gak sepenuhnya salah orang tua, tabrakan antarbudaya yang tanpa kita sadar membuat kita terjebak di dalam konsep yang berbeda dengan orang tua," kata Jiemi.
Baca juga: Kiat ajarkan anak pahami pentingnya berbagi dan hargai perbedaan
Baca juga: Ahli sebut anak lebih hebat dari AI karena pahami nilai budi pekerti
Baca juga: Ringgo Agus Rahman masih belajar jadi orang tua yang dibutuhkan anak
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.