Jakarta (ANTARA) - Peradangan kronis menjadi akar dari berbagai penyakit tidak menular yang kian mengancam populasi global. Bahkan WHO mencatat penyakit yang bermula dari peradangan kronis seperti jantung, stroke, kanker, gangguan autoimun, hingga demensia menjadi penyebab kematian utama di dunia.
Peradangan kronis kini diakui sebagai salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat modern. Penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung, stroke, kanker, autoimun, hingga demensia disebut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai penyebab utama kematian di dunia, dan jumlahnya terus meningkat.
Kondisi ini kian nyata di lingkungan perkotaan yang kerap dihadapkan pada paparan polusi udara, stres berkepanjangan, dan gaya hidup yang kurang aktif, kata dr Olivia, M.Biomed. (AAM), praktisi kedokteran regeneratif dari Alster Lake Clinic saat berbicara dalam diskusi kesehatan di Sanur, Bali, Rabu (25/6).
Baca juga: Studi: Kurang tidur yang berulang pengaruhi sel imun picu peradangan
“Terutama bagi masyarakat di kota besar, yang setiap hari terpapar kualitas udara yang buruk, status peradangan tubuhnya menyala terus-menerus,” katanya dalam siaran pers pada Kamis.
Ia mengingatkan, banyak orang merasa sehat padahal tubuh mereka sebenarnya telah menunjukkan sinyal-sinyal inflamasi ringan seperti sakit kepala, nyeri sendi, gangguan pencernaan, kecemasan, hingga brain fog.
“Itu gejala-gejala kecil yang dianggap wajar, tapi bisa jadi alarm awal tubuh yang diabaikan,” tambahnya.
Baca juga: Dosis rutin vitamin B3 bisa kurangi peradangan pada pasien PPOK
Inflamasi yang berlangsung dalam jangka panjang dan tidak tertangani dapat memicu kerusakan sistemik pada jaringan tubuh, dan menjadi pintu masuk berbagai penyakit kronis. Di tengah dinamika lingkungan dan perubahan gaya hidup masyarakat, pendekatan preventif semakin menjadi perhatian kalangan medis.
Prof. Dr. med. Fred Fändrich, FRCS, peneliti di bidang sel imun sekaligus penggagas Alster Lake Clinic, dalam kesempatan yang sama menjelaskan bahwa tubuh manusia kehilangan kemampuan mengontrol inflamasi seiring bertambahnya usia dan menurunnya fungsi sistem kekebalan.
"Ketika sel-sel rusak tidak dibersihkan, mereka justru merusak jaringan sehat dan memperburuk kondisi inflamasi," ujarnya.
Baca juga: Dokter ungkap autoimun bukanlah penyakit menular
Upaya pemulihan fungsi tubuh melalui perbaikan kondisi mikro-lingkungan sel kini menjadi salah satu pendekatan yang berkembang dalam dunia kedokteran regeneratif. Pendekatan ini menggabungkan intervensi berbasis riset, perubahan gaya hidup, serta kesadaran atas faktor risiko sejak dini.
Sebagai bagian dari ekosistem pengembangan layanan kesehatan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, diskusi ini juga bertepatan dengan pengenalan tahap awal layanan dari Alster Lake Clinic (ALC), sebuah klinik terapi regeneratif yang mulai beroperasi terbatas. Klinik ini menjadi bagian dari rencana jangka panjang pengembangan layanan kesehatan berbasis sains dan pencegahan yang ditargetkan rampung pada 2026.
Baca juga: Kekurangan vitamin D picu penyakit autoimun
Baca juga: Psoriasis: pahami penyakit autoimun kulit dan upaya mengatasinya
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.