Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menilai pengelolaan perpustakaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang modern dapat menjadi magnet bagi warga sekitar untuk berkunjung dan menjadikan lokasi tersebut sebagai salah satu sumber informasi.
"Masyarakat akan menilai RPTRA sebagai tempat yang terorganisir, nyaman, dan aman terutama bagi anak-anak, sehingga layak dikunjungi berulangkali. Ini merupakan satu magnet tersendiri," ujar Kepala Bidang Pembinaan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) DKI Jakarta Suryanto di Jakarta, Kamis.
Dalam seminar daring bertema "Pengelolaan dan Pengklasifikasian Elektronik Perpustakaan Umum RPTRA" dia mengatakan pengelolaan modern itu termasuk pengklasifikasian koleksi secara elektronik, misalnya melalui implementasi perangkat lunak berbasis web, yakni Senayan Library Management System (SLiMS).
Perangkat lunak itu dapat membantu pustakawan dalam berbagai tugas, seperti mengelola data anggota, koleksi, peminjaman, pengembalian, serta pembuatan laporan.
Menurut dia melalui sistem pengklasifikasian digital dan terintegrasi melalui perangkat lunak seperti SLiMS, pengelola perpustakaan dapat memastikan setiap koleksi tersusun rapi, mudah ditemukan, dan terhubung dengan katalog secara daring. Dengan begitu, koleksi bacaan dapat diakses oleh para pengunjung perpustakaan.
"Pengelola perpustakaan di RPTRA saya yakin bisa membawa perubahan yang besar, signifikan, untuk mengelola perpustakaan secara modern," kata Suryanto.
Baca juga: Dispusip DKI nilai digitalisasi kunci utama perpustakaan tetap adaptif
Dia pun optimistis perpustakaan nantinya dapat menjadi pengampu arus informasi awal, dan RPTRA menjadi pusat kegiatan masyarakat.
"Bila seluruh perpustakaan di RPTRA yang merupakan garda depan perkembangan literasi Jakarta telah melakukan pengelolaan, klasifikasi dengan elektronik, saya yakin dampak yang kita rasakan di tingkat provinsi akan luar biasa," tutur Suryanto.
Saat ini, dari total 267 kelurahan di DKI Jakarta, baru 173 kelurahan yang memiliki RPTRA.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perpustakaan Universitas Ary Ginanjar, Fahru Abdhul Azis mengungkapkan perpustakaan merupakan salah satu fasilitas di RPTRA yang dapat mendukung inklusi sosial, misalnya pengembangan kemampuan seseorang seperti memasak atau membuat kerajinan.
Ragam koleksi bahan bacaan yang terdapat di RPTRA, antara lain buku cerita anak, buku pelajaran, ensiklopedia, majalah, komik edukatif, permainan edukatif, koleksi multimedia, dan koleksi khusus difabel.
Baca juga: Pemanfaatan AI di perpustakaan tak semata percepat layanan
Baca juga: Langkah Dispusip DKI untuk capai target 3.003 titik baca
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.