Peneliti BRIN ungkap tantangan pada revitalisasi Gambang Rancag Betawi

3 months ago 15
Penelitian yang dilakukan BRIN menunjukkan bahwa hanya satu kelompok yang masih aktif, yaitu Jali Putra, pewaris dari Jali Jalut, seorang maestro gambang rancag.

Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sastri Sunarti mengungkapkan berbagai tantangan dan harapan yang ada pada revitalisasi kesenian Gambang Rancag Betawi.

Dalam seminar internasional bertajuk "Pantun Nusantara: Strategi Kultural Merawat Warisan di Era Digital" di Jakarta, Senin, Sastri menjelaskan Gambang Rancag Betawi merupakan perpaduan antara musik dan pantun naratif yang banyak berkembang di komunitas Betawi.

Baca juga: BRIN gunakan teknologi digital dalam menjaga tradisi lisan Indonesia

"Rancag itu sendiri sebetulnya istilah untuk pantun bagi orang Melayu Betawi, tetapi dia sifatnya naratif karena di dalamnya adalah cerita-cerita," katanya.

Sastri mengungkapkan, tradisi ini pernah mengalami masa kejayaan pada era Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin (1966-1977), ketika pertunjukan gambang rancag masih sering diadakan dalam berbagai acara.

Namun, ia mengungkapkan, penelitian yang dilakukan BRIN menunjukkan bahwa hanya satu kelompok yang masih aktif, yaitu Jali Putra, pewaris dari Jali Jalut, seorang maestro gambang rancag.

"Tradisi ini bisa dikatakan hampir punah. Hanya tersisa satu grup yang bertahan," jelasnya.

Oleh sebab itu, Sastri mengungkapkan berbagai upaya revitalisasi dilakukan oleh Badan Bahasa dan UPT Dinas Pariwisata Daerah Jakarta melalui pelatihan. Namun hingga saat ini, upaya tersebut dinilai masih jauh panggang dari api, karena adanya kesulitan generasi muda dalam berpantun secara spontan.

Baca juga: Kepala BRIN pastikan kegiatan riset berjalan meski dua kapal dilelang

"Berpantun itu harus ada pasangan. Gambang rancag itu juga terdiri dari dua pemain yang saling berpasangan, berpantun," ungkapnya.

Penelitian BRIN, lanjut Sastri, juga menunjukkan adanya perubahan dalam cara pewarisan tradisi. Jika dahulu para perancag belajar melalui latihan intensif dengan pendahulu mereka, kini proses belajar cenderung mengandalkan teks tertulis.

"Dulu Jali Jalut dengan Samad tidak pernah menuliskan pantun. Mereka melakukan dialog yang intensif, memainkan musik, dan irama musik menjadi mnemonik device untuk mengingat rancag yang cocok," paparnya.

Oleh sebab itu, Sastri berharap upaya revitalisasi kesenian yang memiliki pengaruh kebudayaan China kuno ini dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, melalui pendekatan yang tepat, sehingga tradisi lisan Indonesia ini dapat kembali hidup dan berkembang di tengah masyarakat Betawi masa kini.

Baca juga: BKN manfaatkan penelitian BRIN desain profil ASN 20 tahun ke depan

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |