Jakarta (ANTARA) - DPP Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menyatakan dukungan penuh terhadap agenda penyatuan dualisme organisasi HKTI sebagai langkah strategis demi kemajuan pertanian nasional.
"Penyatuan ini bukan sekadar simbolik, tetapi merupakan fondasi penting untuk memperkuat kolaborasi, konsolidasi, dan efektivitas program-program pertanian yang berpihak kepada petani," kata Ketua Umum DPP Pemuda Tani HKTI, Rina Sa'adah di Jakarta, Kamis.
Menurut Rina, selama ini dualisme dalam tubuh organisasi telah menjadi salah satu penghambat utama dalam mengintegrasikan kebijakan pemerintah dengan kebutuhan riil para petani di lapangan.
"Perbedaan arah dan fragmentasi kelembagaan menyebabkan tumpang tindih kebijakan serta terhambatnya penyaluran program yang seharusnya langsung menyentuh petani sebagai ujung tombak ketahanan pangan nasional," kata Rina yang juga anggota Komisi IV DPR.
Dengan semangat "Bersatu untuk Petani Indonesia", lanjut Rina, Pemuda Tani HKTI mendorong seluruh elemen organisasi untuk menanggalkan ego sektoral dan mengutamakan cita-cita bersama yakni meningkatkan produksi pertanian dan memperjuangkan kesejahteraan petani.
"Persatuan HKTI adalah jalan menuju pertanian yang lebih tangguh, modern, dan berdaulat di mana petani menjadi subjek utama pembangunan, bukan sekadar objek," ujar Rina menegaskan.
Ia menilai, sudah saatnya seluruh kekuatan tani disatukan dalam satu barisan perjuangan.
"Pemuda Tani HKTI siap menjadi jembatan generasi dan motor perubahan, demi mewujudkan masa depan pertanian Indonesia yang lebih cerah, mandiri, dan berkeadilan," kata Rina Sa'adah menambahkan.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono resmi ditetapkan sebagai Ketua Umum HKTI periode 2025-2030 dalam Musyawarah Nasional ke-10 di Jakarta, Rabu (25/6).
Sudaryono juga menyampaikan melalui Munas ke-10 ini menandai berakhirnya dualisme kepemimpinan di tubuh HKTI karena kedua kubu telah sepakat untuk bersatu dan menyatukan diri dalam satu HKTI.
HKTI sempat mengalami perpecahan menjadi dua kubu sejak Munas ke-7 pada 2010. Pada saat itu, organisasi terpecah menjadi dua faksi, yaitu kubu yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dan kubu Oesman Sapta Odang.
Meskipun Mahkamah Agung (MA) melalui putusan kasasinya menetapkan Prabowo sebagai Ketua Umum HKTI untuk periode 2010-2015, Oesman Sapta Odang tetap mengklaim sebagai pimpinan HKTI.
Perpecahan ini kemudian berlanjut pada kepemimpinan berikutnya, di mana Fadli Zon menjadi penerus Prabowo menjadi Ketua Umum HKTI periode 2015-2020 dan 2020-2025, dan Moeldoko menjadi penerus Oesman.
Baca juga: Pimpin HKTI, Wamentan ingin satukan komando untuk swasembada pangan
Baca juga: Wamentan Sudaryono ditetapkan sebagai Ketua Umum HKTI 2025-2030
Baca juga: Mentan Amran: Penyatuan HKTI perkuat akselerasi sektor pertanian
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.