Gianyar, Bali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali, menggelar rapat koordinasi (rakor) membahas pemberantasan hama tikus yang menyerang tanaman padi sawah di beberapa daerah sehingga merugikan petani dan mengancam produksi padi serta ketahanan pangan.
“Saya sudah berkeliling ke beberapa subak, keluhannya sama yaitu hama tikus. Untuk itu saya mengajak pekaseh (pengurus subak), akademisi, PHDI atau praktisi membahas langkah apa yang harus kita ambil agar hal ini segera bisa kita selesaikan,” ujar Bupati Gianyar I Made Mahayastra, saat memimpin rakor, demikian siaran pers Diskominfo Kabupaten Gianyar di Gianyar, Rabu.
Menurut catatan, per 8 Mei 2025, lahan terdampak serangan hama tikus di Subak Patas Kenderan seluas 40 hektare, Subak Kedangan Wanayu 25 hektare, Subak Kedangan Buruan 20 hektare, dan beberapa subak lainnya yang tersebar di Kecamatan Gianyar, Sukawati, Ubud, Tegallalang dan Blahbatuh
Bupati Gianyar menggelar rapat koordinasi dengan jajarannya bersama Forkopimda dan para pekaseh sebagai langkah cepat merespon fenomena meledaknya hama tikus yang menyerang tanaman padi di berbagai wilayah di Kabupaten Gianyar yang menyebabkan petani gagal panen.
Pertemuan tersebut juga menghadirkan akademisi, PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia), serta praktisi untuk membahas langkah apa yang harus diambil menanggulangi hama tikus agar tidak meluas.
"Roh atau urat nadi pariwisata di Gianyar adalah pertanian sehingga perlu mendapatkan perhatian agar pertanian dapat terus berjalan dengan baik serta petani-petani dapat berdaulat," tambah Bupati Gianyar Mahayastra.
“Kita ingin mendukung program presiden kita untuk kedaulatan pangan, jadi berdaulat secara pangan artinya kita mampu memenuhi kebutuhan pangan kita dari hasil petani kita. Petani juga berdaulat sehingga bisa menentukan nasibnya sendiri,” tegasnya.
Bupati meminta informasi faktual di lapangan ke para pekaseh yang hadir dalam rapat koordinasi tersebut dan permasalahannya sama yakni hama tikus yang mulai menyerang tanaman padi sejak tanaman padi berusia 14 hari setelah tanam.
Untuk melakukan analisis dan rekomendasi yang harus diambil, Bupati Mahayastra meminta akademisi Prof. I Wayan Supartha serta Prof. Dewa Ngurah Supraptha untuk memberikan pandangan sekaligus rekomendasinya untuk langkah-langkah yang harus diambil.
Memulai paparannya, Prof. Supartha menekankan bahwa penyebab utama lonjakan populasi tikus ialah daya reproduksi tikus yang tinggi.
Satu ekor tikus bisa beranak seratusan dalam setahun, siklus hidup yang panjang serta adaptasi yang baik.
Faktor lainnya seperti musuh alami yang sudah berkurang seperti ular dan burung hantu serta ketersediaan makanan yang selalu ada.
“Faktor ekstrinsiknya yaitu ketersediaan makanan yang selalu ada, hal ini juga menyebabkan lonjakan populasi karena tikus dapat berkembangbiak dengan cepat ditambah ketersediaan pakannya ada. Ketersediaan makanan melimpah bagi tikus karena sistem tanam yang bergiliran dalam satu subak, atau tulak sumur bukan kerta masa atau menanam padi secara serentak,”paparnya.
Prof Supartha juga menyayangkan kurangnya pemantauan secara teratur yang dilakukan di sawah sehingga pengendalian hama tidak dilakukan mulai dari awal.
Ia menyarankan Bupati Gianyar meningkatkan kapasitas petani sebagai ahli penyakit hama tumbuhan mengingat petani lebih memahami kejadian di lapangan sehingga pemantauan dan penanganan dapat dilakukan dengan cepat.
Sebagai kesimpulan atau rekomendasi, Prof. Supartha menyarankan pengendalian hama tikus pada saat padi masa vegetatif perlu sanitasi lingkungan dan kimia ( Rodentisida).
“Saya sarankan demikian karena cukup efektif mengingat tikus sudah mulai melakukan penyerangan pada vase vegetative dan merusak batang padi. Sebelum diberikan umpan beracun sebaiknya dilakukan perumpanan pendahuluan untuk membiasakan tuikus makan umpan tanpa racun selama 2 sampai 3 hari,” jelasnya.
Mengantisipasi dogma di masyarakat yang enggan memasang racun tikus di sawah, Bupati Mahayasta juga meminta pendapat PHDI dan FKUB sehingga masyarakat mendapatkan penjelasan atau pemahaman yang lebih baik.
Pemberian Rodentisida nanti untuk mengendalikan jumlah tikus yang ada di sawah bukan memberantasnya, meski demikian tetap harus meminta izin dengan sesajen terlebih dahulu.
Dari berbagai saran dan masukan yang diterima, Bupati Mahayastra segera memberikan bantuan kepada para petani untuk pengadaan Rodentisida dan meminta bantuan TNI/Polri agar masalah petani bisa segera terselesaikan.
Baca juga: Pemkab Gianyar promosikan produk lokal unggulan di pameran dagang
Baca juga: Lomba bibit sapi Bali jantan meriahkan HUT kota Gianyar
Baca juga: Bupati Gianyar serahkan raperda penyertaan modal PT Bank BPD Bali
Pewarta: Adi Lazuardi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025