Banda Aceh (ANTARA) - Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) melakukan pemugaran berupa penataan di situs bersejarah rumah Cut Nyak Dhien yang berada di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.
"Kita juga terus melakukan pemugaran rumah Cut Nyak Dhien, kita harapkan ada ekosistem yang baik seperti kegiatan sejarah dan budaya," kata Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon, di Banda Aceh, Senin.
Penataan tersebut dibutuhkan, kata dia, dalam rangka untuk menemukan kembali Indonesia, khususnya Aceh, sehingga memberikan nilai edukasi sejarah kepada generasi muda.
"Tentu cerita-cerita itu sangat penting bagi masyarakat Indonesia dan khususnya generasi muda Aceh," ujar Fadli Zon.
Baca juga: Menelusuri silsilah Cut Nyak Dhien yang berdarah Minangkabau
Dalam kesempatan ini Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Almuniza Kamal mengapresiasi upaya Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh yang telah memperkaya materi di rumah Cut Nyak Dhien.
"Sehingga, informasi tentang perjuangan Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar yang diperoleh masyarakat saat kunjungan semakin bertambah," ucapnya.
Aceh, lanjutnya, menyimpan banyak kisah bersejarah yang berharga, seperti rumah Cut Nyak Dhien.
Meskipun suasana rumah Cut Nyak Dhien itu hanya sebuah replika, lanjut dia, tetapi rumah ini didirikan di atas tapak rumah aslinya, karena rumah sebelumnya dibakar oleh Belanda akibat kemarahan mereka setelah mengetahui Teuku Umar hanya berpura-pura bekerja sama dengan Belanda.
Baca juga: Gubernur Jabar: Makam pahlawan Aceh Cut Nyak Dhien selalu dirawat
Untuk diketahui pasca-dibakar Belanda, rumah Cut Nyak Dhien kemudian dibangun kembali sesuai bentuk aslinya pada 1981 guna menjadi tujuan wisata edukasi dan belajar sejarah. Rumah tersebut kemudian diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan pada tahun 1987.
Rumah Cut Nyak Dhien merupakan rumah panggung khas Aceh yang beratap rumbia dan disangga oleh 65 tiang kayu ulin, atau dalam bahasa Aceh disebut kayu seumantok. Kayu ulin yang dipakai pun merupakan kayu ulin merah yang berkualitas tinggi.
Kokohnya bangunan ini teruji saat Aceh diguncang gempa dan diterjang tsunami pada tahun 2004. Tidak ada bagian bangunan yang rusak pada saat itu, bahkan rumah tersebut menjadi tempat perlindungan bagi masyarakat sekitar.
Baca juga: Pentingnya menyaksikan kembali film "Tjoet Nya' Dhien"
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025