Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengatakan, peluncuran dua ultrasound sebagai Alat Kesehatan Dalam Negeri (AKD) dari GE Healthcare dapat meningkatkan ketahanan farmasi dan alat kesehatan nasional, sehingga tiga program hasil terbaik cepat (PHTC) atau quick win dapat diakselarasi.
Ketika ditemui di Jakarta, Rabu, Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalusia mengatakan, tiga program quick win, yakni eliminasi tuberkulosis (TB), cek kesehatan gratis, serta pembangunan RS berkualitas berfasilitas lengkap di daerah-daerah memerlukan ketahanan farmasi dan alat kesehatan tanah air.
Dia mencontohkan, masih ada di antara 514 kabupaten kota yang belum memiliki rumah sakit tipe C, dan baru punya rumah sakit tipe D. Nantinya, kata Rizka, RS yang dibuat pemerintah di daerah-daerah ini akan membutuhkan alat-alat kesehatan yang canggih, untuk melakukan mulai dari skrining, diagnosis, hingga terapi.
"Kemudian juga dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan gratis PKG ya, di mana kita ingin masyarakat Indonesia semua mendapatkan akses, memperoleh pemeriksaan kesehatan dengan berbagai jenis di sesuai dengan strata umurnya. Mulai dari bayi baru lahir dengan pemeriksaan SHK, kemudian berbagai pemeriksaan berkait dengan congenital disease, sampai lansia, geriatri," katanya.
Baca juga: Kemenkes luncurkan kampanye cegah DBD bangun kesadaran masyarakat
Dari berbagai isu kesehatan yang ada, dia juga menyoroti pentingnya skrining menggunakan USG untuk antenatal care (ANC) guna mencegah kematian ibu dan bayi serta pencegahan kanker payudara. Oleh karena itu, pihaknya mendistribusikan USG ke puskesmas sejak 2022.
Menurutnya, Kemenkes membutuhkan dukungan dari industri farmasi dan alat kesehatan, terutama dalam hal penyediaan alat pencitraan (imaging). Dia menilai, peluncuran dua alat ultrasound baru dari GE Healthcare semakin memperkuat upaya peningkatan status kesehatan Indonesia.
Adapun kedua produk tersebut, yakni Logiq Totus dan Vivid S70N, kini tersedia sebagai dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 26 persen. Produk-produk tersebut untuk melakukan deteksi dini penyakit-penyakit seperti sakit jantung, stroke, dan kanker.
"Harapan saya GE juga akan membawa produk-produk teknologi tinggi lainnya ke Indonesia selain juga untuk ketahanan farmasi juga meningkatkan kapasitas dari industri kita, meningkatkan kapasitas dari para teknokrat kita, para tenaga-tenaga, SDM-SDM Indonesia untuk dapat memproduksi alat kesehatan dengan teknologi tinggi," kata Rizka.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian di Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Solehan mengatakan bahwa berdasarkan Sistem Industri Nasional (KBLI) saat ini sudah ada 393 perusahaan alkes yang terdaftar dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).
"Sedangkan dari data rekapudilasi sertifikat TKDN saat ini sudah ada 2.505 sertifikat TKDN yang terbit dan masih berlaku untuk produk alat kesehatan," Solehan melanjutkan.
Produk-produk itu beragam, katanya, mulai dari alat suntik, alat elektromedis, ventilator, hingga tempat tidur RS, dengan TKDN mulai dari 16,45- 92,22 persen.
Dia melanjutkan, USG, sebagai salah satu alat kesehatan elektromedis, memiliki banyak fungsi, sehingga keberadaan industri USG mendukung kemandirian alat kesehatan dalam negeri. Oleh karena itu, pihaknya akan selalu mendorong mendorong penguatan industri komponen lokal agar USG ini tidak hanya dirakit di Indonesia, namun juga dapat tumbuh menjadi sebuah ekosistem dalam negeri.
Baca juga: Segel ruangan yang kosong di RS guna cegah penyalahgunaan
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025