Bengkulu (ANTARA) - Pendamping Rehabilitasi Sosial Anak Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, Weri Trikusumaria mengatakan para pelaku kekerasan seksual terhadap anak di daerah ini didominasi oleh orang terdekat korban.
Dalam keterangan yang disampaikan di Mukomuko, Selasa, ia mengatakan kasus kekerasan seksual terhadap anak pada tahun 2025 meningkat, dari 10 kasus pada tahun sebelumnya menjadi 12 kasus pada September 2025.
"Sebanyak 12 kasus kekerasan terhadap anak ini, pelakunya adalah orang dekat korban, seperti ayah kandung, ayah tiri, tetangga, hingga teman sekolah," kata Weri.
Menurut dia, masalah ini harus menjadi perhatian semua pihak, termasuk orang tua, pihak sekolah, pemerintah, serta penegak hukum, untuk bekerja sama menekan angka kekerasan seksual terhadap anak.
Baca juga: Pemerintah Kabupaten Mukomuko dampingi anak korban pelecehan seksual
Weri juga menegaskan pentingnya peran Aparat Penegak Hukum (APH) untuk memberikan hukuman maksimal bagi pelaku, guna memberi efek jera. Namun, ia mengatakan hukuman tersebut tidak dapat mengembalikan kehormatan anak yang telah dirusak baik secara fisik maupun mental oleh para pelaku kekerasan seksual.
Dampak dari kekerasan seksual terhadap anak, kata dia, sangat serius dengan konsekuensi jangka panjang baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Banyak korban kekerasan seksual yang mengalami gangguan psikis, depresi, dan kehilangan semangat hidup.
Meskipun hukuman terhadap pelaku dapat memberi keadilan, kata dia, yang terpenting adalah memberikan pemulihan bagi korban dan keluarga mereka.
"Orang terdekat seharusnya berfungsi sebagai pelindung bagi anak, bukan sebagai pelaku kekerasan," ujar Weri.
Baca juga: Pemkab Mukomuko mendampingi 12 anak korban kekerasan
Peran Orang Tua
Untuk menekan angka kekerasan seksual terhadap anak, Weri menekankan pentingnya kesadaran orang tua dan pihak sekolah dalam melindungi anak-anak. Orang tua perlu lebih aktif dalam memantau perilaku anak-anak mereka, mengenali tanda-tanda kekerasan, dan membuka komunikasi yang sehat dengan anak.
Selain itu, kata dia, orang tua harus mendidik anak-anak tentang batasan pribadi dan bahaya kekerasan seksual.
Pihak sekolah juga memegang peranan penting dalam upaya pencegahan. Sekolah harus menjadi tempat yang aman bagi anak-anak, dengan adanya pendidikan seks yang tepat, pelatihan bagi guru untuk mengenali tanda-tanda kekerasan, serta sistem pelaporan yang aman bagi korban kekerasan seksual.
Kerja sama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat, menurut dia, sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak, dimana mereka bisa tumbuh dan berkembang tanpa takut menjadi korban kekerasan seksual.
Baca juga: Polisi tangkap pencabul siswi SD Mukomuko
Pewarta: Ferri Aryanto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.