PBB (ANTARA) - Menyusul dibukanya rute-rute pengiriman bantuan oleh Israel, jumlah bantuan pangan yang sampai ke warga Gaza yang kelaparan hanya mengalami peningkatan tipis, demikian disampaikan seorang juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (28/7).
"Kita baru menjalaninya satu hari ini, jadi kita lihat saja apakah situasinya akan membaik," tutur Farhan Haq, wakil juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. "Namun, ada sedikit peningkatan dari yang sebelumnya, yang hanya mencapai beberapa puluh truk dalam beberapa hari terakhir."
Haq mengatakan hanya sekitar 100 truk bantuan yang memasuki Jalur Gaza pada Minggu (27/7), yang berarti sekitar seperlima dari jumlah yang seharusnya sampai ke Gaza.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) menyebutkan bahwa dari 17 misi yang membutuhkan koordinasi dengan otoritas Israel pada Minggu, hanya delapan yang difasilitasi, termasuk misi pengambilan bahan bakar dan pasokan. Empat misi, termasuk pengangkutan kargo makanan, terhambat namun berhasil dirampungkan.
"Pembatasan yang sudah berlangsung lama terhadap masuknya bantuan telah menciptakan lingkungan yang tidak dapat diprediksi dan menyebabkan masyarakat kurang yakin bahwa bantuan akan sampai kepada mereka," kata OCHA. "Akibat dari kondisi ini, banyak konvoi kami yang terpaksa dibongkar langsung oleh warga yang kelaparan dan sangat putus asa."
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Tom Fletcher pada Minggu menyambut baik pelonggaran pembatasan bantuan ke Gaza oleh Israel, mengatakan hal itu akan membantu meringankan penderitaan luar biasa warga Gaza yang kelaparan. Bantuan dalam jumlah besar dibutuhkan untuk mencegah kelaparan dan krisis kesehatan yang parah, imbuhnya.
OCHA mengungkapkan bahwa badan-badan PBB dan mitra-mitranya juga menyambut baik keputusan tersebut.
Program Pangan Dunia (World Food Program/WFP) mengatakan pihaknya memiliki cukup makanan di wilayah tersebut, atau yang masih dalam perjalanan, untuk memberi makan penduduk yang kelaparan selama sekitar tiga bulan. Sementara itu, badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina melaporkan bahwa 6.000 truk di Yordania dan Mesir sedang menunggu untuk memasuki Gaza.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa Juli menjadi bulan terburuk untuk kematian akibat malanutrisi, dengan lebih dari 85 persen kematian akibat malanutrisi tercatat pada 2025. Hampir satu dari lima anak berusia di bawah lima tahun (balita) di Gaza City mengalami malanutrisi akut.
OCHA menegaskan kembali soal urgensi gencatan senjata permanen untuk menyediakan bantuan dan pertolongan yang memadai. "Otoritas Israel harus membuka semua perlintasan perbatasan dan koridor guna memastikan pengiriman bantuan secara adil dan bermartabat," paparnya.
Lebih lanjut dikatakan OCHA, sejumlah kecil bahan bakar telah mencapai Gaza pekan lalu. Bahan bakar harus diizinkan masuk guna menjaga operasional bantuan tetap berjalan, termasuk mengoperasikan truk untuk mengumpulkan dan mendistribusikan kargo, imbuhnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.