Guangzhou (ANTARA) - Pameran sejarah dan budaya qiaopi bertajuk "Tiga Sungai Mengalir ke Laut, Satu Surat Membawa Pulang Ombak" 2025 digelar di Universitas Indonesia (UI) pada Senin (10/11).
Shantou di Provinsi Guangdong, China selatan, merupakan salah satu kampung halaman para perantau Tionghoa yang terkenal di China, yang juga menjadi pusat penting dalam hal sirkulasi dan penerimaan qiaopi.
Sejak 2023, pemerintah Kota Shantou meluncurkan program "Qiaopi Shantou Berlayar ke Luar Negeri," dengan pameran bertema "Tiga Sungai Mengalir ke Laut, Satu Surat Membawa Pulang Ombak" sebagai bagian utama.
Melalui peninggalan qiaopi dan kisah sejarah, pameran ini menampilkan perjalanan penuh perjuangan generasi awal perantau dan rasa rindu serta kecintaan mendalam mereka kepada China.
Aktivitas ini telah diselenggarakan di Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Tahun ini, dengan menyasar overseas youth sebagai audiens utama, pameran tersebut menghadirkan sejumlah besar koleksi qiaopi bersejarah ke berbagai kampus di Singapura serta negara dan kawasan lainnya di dunia.
Qiaopi merupakan bukti pengiriman uang yang dikirim oleh para perantau Tionghoa di luar negeri kepada keluarga di kampung halaman melalui jalur nonresmi, yang biasanya disertai surat keluarga dan pesan singkat.
Pada 2013, arsip qiaopi China dimasukkan ke dalam daftar Memori Dunia (Memory of the World) UNESCO, menjadikannya sebagai dokumen penting dalam riset sejarah perantauan Tionghoa modern, sejarah keluarga, sejarah ekonomi, dan sejarah sosial.
Pameran di Indonesia merupakan pemberhentian ketiga sekaligus yang terakhir dalam rangkaian pameran luar negeri pada 2025.
Pihak penyelenggara pameran secara khusus menyiapkan sesi interaktif "menulis qiaopi", mengajak para mahasiswa untuk mengikuti tata cara penulisan qiaopi yang diperkenalkan di lokasi pameran, sehingga dapat menulis qiaopi versi mereka. Melalui pengalaman langsung ini, sejarah dan budaya qiaopi diharapkan dapat menjadi lebih dekat dengan generasi muda Indonesia.
Wu Zepeng, mahasiswa tingkat akhir Program Studi China Universitas Indonesia, mengatakan bahwa setelah mengunjungi pameran tersebut, dia merasa konten mengenai budaya wilayah Chaoshan sangat menarik. Dia berencana mengajak teman-teman dari program studinya untuk ikut menyaksikan dan memahami lebih jauh budaya China.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) menggelar pameran sejarah dan budaya Qiaopi bertajuk "Tiga Sungai Mengalir ke Laut, Satu Surat Membawa Pulang Ombak", Senin (10/11). (Xinhua) Kasih sayang keluarga serta kerinduan pada kampung halaman yang tercermin dalam qiaopi tetap menyentuh hati generasi muda masa kini.
"Saya sebelumnya belum pernah mengenal qiaopi, tetapi setelah mengunjungi pameran hari ini, hati saya terasa hangat dan sangat tersentuh. Selain mendapatkan pengetahuan baru tentang budaya dan sejarah, saya semakin sadar bahwa ikatan keluarga tidak akan hilang karena waktu atau kewarganegaraan. Meski berada di negeri asing, orang tetap berupaya menjaga hubungan dan rasa saling percaya," ujar Nadriani, mahasiswa baru Universitas Indonesia.
Tahun ini menandai 75 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara China dan Indonesia. Pameran itu tidak hanya mengenang kisah perjuangan para perantau Tionghoa di Asia Tenggara, memperlihatkan semangat kejujuran dan saling menepati janji yang tercermin dalam qiaopi, tetapi juga menjadi saksi hubungan persahabatan antarmasyarakat China-Indonesia yang telah terjalin selama berabad.
Melalui penguatan pertukaran budaya dan peningkatan rasa saling memahami, pameran ini menghadirkan perspektif budaya yang unik guna memperkokoh perjalanan baru dalam persahabatan China-Indonesia.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































