Jakarta (ANTARA) - Indonesia dapat melakukan aksi kolektif multilateral dengan negara-negara non-anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk menghadapi kebijakan Trump, menurut pendapat pengamat politik Amerika Serikat Andi Mallarangeng.
“Untuk itu bisa kita revitalisasi gerakan non-blok, mungkin dalam bentuk lain,” kata Andi dalam diskusi “100 Hari Trump: Tsunami Geopolitik dan Ekonomi bagi Indonesia” yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat.
Andi berpendapat bahwa gerakan non-blok tetap dapat dilakukan oleh Indonesia dengan ASEAN yang solid sebagai modal gerakan tersebut, menambahkan Indonesia sebaiknya tetap mempertahankan multilateralisme di luar AS.
Andi mengatakan bahwa dia bersyukur ASEAN tidak langsung berada di dalam arena konflik perang seperti di Eropa (perang Rusia-Ukraina) dan Timur Tengah, meskipun masih ada persoalan tentang Myanmar.
Dia juga berpendapat, kalau negara-negara yang lebih kecil secara ekonomi dari AS dan China bisa kompak dan melakukan aksi kolektif dalam menghadapi situasi global saat ini, dengan begitu setidaknya Indonesia dan negara-negara lainnya dapat melindungi kepentingan negara dan rakyat.
Selain itu, pengamat politik AS itu berpendapat bahwa politik dalam negeri AS turut mempengaruhi politik luar negeri negara tersebut.
Diketahui bahwa AS akan melakukan pemilu paruh waktu (midterm election) pada 2026 untuk memilih anggota Kongres dan Senat AS, di mana Kongres dan Senat AS sekarang dikuasai oleh Partai Republik.
“Apa yang terjadi dalam politik dalam negeri Amerika tetap harus kita amati, untuk melihat apa yang menjadi peluang-peluang yang muncul dari kemungkinan-kemungkinan terjadi dalam politik dalam negeri Amerika,” ujar Andi.
Jika dalam midterm election nanti Partai Demokrat menguasai Kongres dan Senat AS, kata Andi, maka beberapa kebijakan Trump bisa dihentikan.
Tetapi jika Partai Republik kembali memenangkan kursi mayoritas, maka kebijakan yang akan diambil Trump akan semakin menjadi-jadi, kata Andi.
Selain itu, Indonesia juga perlu memerhatikan reaksi dari berbagai macam aliansi yang berada di AS, seperti kaum buruh, komunitas mayoritas, dan minoritas untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada pemilihan tengah periode pada 2026.
Karena itulah, Andi berpendapat bahwa yang bisa Indonesia lakukan adalah “’wait and see” sambil menyiapkan berbagai macam strategi agar Indonesia tidak mengalami persoalan baru dalam hubungannya dengan negara-negara lain.
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025