Jakarta (ANTARA) - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Frederica Widyasari Dewi menyatakan bahwa para Pekerja Migran Indonesia (PMI) harus menyiapkan masa depan yang lebih baik.
“Bapak-Ibu, mas-mbak harus menyiapkan masa depan seperti apa ke depan. Apakah nanti melalui inklusi keuangan, nanti di sini ada beberapa perusahaan yang bisa membantu, apakah bisa kemudian misalnya punya tabungan untuk masa depan, kemudian mungkin mengajukan pinjaman untuk memulai UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), memulai bisnis, dan lain-lain,” ucapnya dalam acara Edukasi Keuangan bagi PMI di Jakarta, Senin.
Mengacu cerita klasik di kalangan PMI, biasanya gaji mereka dikirim semua ke Indonesia, tetapi mereka tidak memegang uang sama sekali karena tak memiliki tabungan. Karena itu, persiapan untuk masa depan lebih baik bagi PMI beserta keluarganya perlu memperhatikan bagaimana cara mengelola keuangan, memulai bisnis UMKM, dan sebagainya.
Dia menerangkan bahwa banyak dari PMI yang memperoleh penghasilan dari tempat kerja mereka, tetapi dihabiskan untuk hal-hal konsumtif atau membeli aset tertentu tanpa mempertimbangkan kebutuhan lainnya.
“Misalnya untuk beli rumah, alhamdulillah rumah itu bagus, tetapi jangan semuanya masuk ke situ, karena tidak bisa misalnya nanti kalau ingin memulai kegiatan usaha dan lain-lain, itu mungkin agak sulit untuk kalau kita tidak punya cash dan lain-lain,” kata Frederica.
Berdasarkan berbagai permasalahan itu, OJK dan Bank Indonesia (BI) memberikan pembekalan terhadap para calon PMI terkait edukasi keuangan.
"InsyaAllah ini akan menjadi satu dari program yang terus menerus akan kita lakukan sebagai sinergi dan kolaborasi," ujarnya yang akrab dipanggil Kiki.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga menekankan para PMI agar waspada terhadap scam (penipuan) selama bekerja di luar negeri.
Secara karakter, masyarakat Indonesia dinilai memiliki kepribadian yang baik, ramah, dan suka menolong. Namun, Frederica menegaskan bahwa ada oknum yang akan memanfaatkan kesempatan untuk memperdaya PMI agar mereka bisa memberikan uang atau mengajukan pinjaman ilegal dengan iming-iming tertentu.
Sayangnya, sebagian PMI ada yang tak bisa pula karena tersangkut paut urusan hutang-piutang di negeri tempat mereka bekerja.
“Banyak sekali cerita-cerita sedih PMI kita nggak bisa pulang dan lain-lain karena tersangkut paut dengan hutang di sana. Kemudian, namanya digunakan untuk buka rekening yang kemudian ternyata itu kejahatan dan lain-lain,” ungkap dia.
Baca juga: BI: Pekerja migran punya peran penting untuk perkuat sektor eksternal
Baca juga: OJK ingatkan pekerja migran Indonesia waspada terhadap penipuan
Baca juga: Indonesia jajaki potensi penempatan PMI di Slovakia
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2025