Jakarta (ANTARA) - Penyanyi jebolan Indonesian Idol musim ke-10 (2019–2020) Novia Bachmid berbagi pengalaman saat dipercaya menjadi juri dalam ajang pencarian bakat, termasuk Veiled Musician Indonesia 2025.
“Ini kali kedua aku duduk sebagai juri. Dulu pernah di Idola Cilik tahun 2022, sekarang aku kembali dipercaya untuk menilai talenta baru,” kata Novia usai konferensi pers Veiled Musician Indonesia di Jakarta, Selasa.
Novia menuturkan, pengalaman menjadi juri memberinya perspektif baru tentang dunia musik. Ia menekankan pentingnya vokal yang kuat, penguasaan lirik, serta kemampuan menyampaikan pesan lewat lagu.
“Aku selalu melihat bagaimana peserta bisa menguasai arti lagu, mengeksplor vokalnya, dan tetap menghadirkan rasa,” ujarnya.
Ia menambahkan, kriteria utama yang dilihat bukan hanya teknik bernyanyi, tetapi juga kemampuan bercerita melalui suara.
“Buat aku, penyanyi itu harus bisa bercerita lewat suara. Dari situ penonton bisa merasakan pesan lagu, bukan sekadar mendengar tekniknya,” kata Novia.
Baca juga: Novia Bachmid ajak generasi muda tak sungkan masuk SMK
Dalam ajang Veiled Musician Indonesia, Novia sempat menghadapi tantangan teknis ketika harus ikut bernyanyi di babak death match.
“Waktu itu suara aku habis, jadi aku hanya nyanyi sedikit untuk mengawal peserta. Yang penting mereka tetap tampil maksimal. Itu membuktikan juri di sini bukan sekadar memberi komentar, tapi juga ikut menunjukkan langsung di panggung,” tuturnya.
Veiled Musician Indonesia merupakan program audisi musik asal Korea Selatan dengan konsep penjurian tanpa identitas peserta. Tiga perwakilan Indonesia akan dipilih untuk tampil di Asia Grand Final 2025 di Korea Selatan bersama finalis dari 12 negara lain.
Program kompetisi musik Veiled Musician Indonesia resmi hadir untuk pertama kalinya pada 2025 dengan konsep berbeda dari ajang pencarian bakat pada umumnya. Penilaian hanya didasarkan pada kualitas vokal, tanpa juri mengetahui identitas peserta.
Ajang digelar pada 1–17 Agustus 2025. Peserta audisi tampil di balik tirai dan tidak diperbolehkan berinteraksi langsung dengan juri. Identitas mereka dijaga sejak ruang tunggu hingga proses produksi.
General Manager Production RTV Pinkan Laluyan menjelaskan, pendekatan tersebut dimaksudkan agar proses penjurian berlangsung lebih objektif.
“Juri tidak diberi kesempatan mengenal peserta. Jadi yang ditampilkan nanti adalah reality as it is, tanpa rekayasa,” ujarnya.
Baca juga: Pemerintah lestarikan musik keroncong lewat gelaran Svarnanusa
Baca juga: Synchronize Fest 2025 periksa ulang keterlibatan sponsor terkait
Pewarta: Ida Nurcahyani/Farika Khotimah
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.