Moskow (ANTARA) - Negara-negara Eropa berharap Iran terbuka untuk berunding, termasuk dengan Amerika Serikat, guna menyelesaikan situasi di Timur Tengah, kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot pada Jumat setelah pertemuan di Jenewa.
"Menteri luar negeri Iran telah menunjukkan kesediannya untuk melanjutkan diskusi mengenai program nuklir dan, secara lebih luas, mengenai semua isu. Dan kami berharap pihak Iran terbuka untuk berdiskusi, termasuk dengan Amerika Serikat, guna menyelesaikan krisis ini melalui negosiasi dan dialog," kata Barrot dalam konferensi pers setelah pertemuan tersebut, yang disiarkan Kementerian Luar Negeri Prancis di X.
Ia mengatakan masalah nuklir Iran tidak dapat diselesaikan dengan cara militer, karena hal ini hanya dapat menunda masalah, tetapi tidak menghilangkannya sepenuhnya.
Menteri luar negeri Prancis itu juga mengatakan pertemuan di Jenewa itu diadakan dengan koordinasi erat dengan Amerika Serikat, Israel, dan negara-negara regional.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi tiba di Jenewa Jumat pagi untuk berunding dengan mitranya dari Inggris, Prancis, dan Jerman mengenai masalah nuklir dan situasi di Timur Tengah yang juga dihadiri Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas.
Sebelumnya pada Kamis, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menyampaikan pernyataan Presiden AS Donald Trump kepada wartawan, yang mengindikasikan kemungkinan "substansial" negosiasi dengan Teheran dalam waktu dekat, dengan keputusan tentang langkah-langkah lebih lanjut yang akan diambil dalam dua minggu ke depan.
Leavitt menekankan bahwa Trump tidak takut menggunakan kekuatan terhadap Iran, seraya menambahkan bahwa AS terus melakukan kontak dengan Iran baik dalam format langsung maupun tidak langsung.
Israel mulai melancarkan operasi skala besar terhadap Iran, Rising Lion, pada Jumat (13/6) dini hari, menuduh Iran melaksanakan program nuklir militer rahasia.
Angkatan udara Israel melakukan beberapa gelombang serangan di seluruh Iran, termasuk di Teheran, yang menewaskan beberapa pejabat militer senior Iran, serta beberapa ilmuwan nuklir dan beberapa situs nuklir, termasuk Natanz dan Fordow.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei kemudian mengeluarkan pernyataan yang menyebut serangan itu sebagai kejahatan dan mengancam Israel dengan "nasib pahit dan mengerikan."
Teheran kemudian membalas dengan meluncurkan Operasi True Promise 3 pada malam 13 Juni, dengan menyerang target militer di dalam Israel.
Iran menyangkal dimensi militer dari program nuklirnya. Badan Tenaga Atom Internasional belum melihat bukti konkret bahwa Iran memiliki program senjata nuklir aktif, kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi pada tanggal 18 Juni.
Penilaian intelijen AS juga mencapai kesimpulan serupa bahwa Iran tidak secara aktif mengejar senjata nuklir, lapor CNN pada Selasa, mengutip sumber terpercaya.
Seorang mantan Duta Besar Inggris untuk Uzbekistan, aktivis hak asasi manusia Craig Murray mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Iran "sangat bertanggung jawab dan sabar" selama beberapa tahun terakhir, terlepas dari tindakan Israel.
Sumber: Sputnik-RIA Novosti
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.