Tokyo (ANTARA) - Mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Tomiichi Murayama meninggal dunia pada usia 101 tahun di Jepang barat daya pada Jumat (17/10).
Menjabat dari Juni 1994 sampai Januari 1996, Murayama dikenal sebagai pemimpin yang meminta maaf atas agresi Jepang di Asia pada masa perang.
Pada 1995, dia mengeluarkan "Pernyataan Murayama" untuk menyampaikan "penyesalan yang mendalam" dan "permintaan maaf yang tulus” atas penderitaan yang ditimbulkan oleh penjajahan dan agresi Jepang.
Dia juga pernah meloloskan undang-undang yang memberikan kompensasi kepada para penyintas bom atom Hiroshima dan Nagasaki, dan mendirikan Asian Women’s Fund untuk membayar ganti rugi kepada perempuan yang dipaksa menjadi budak seks militer Jepang.
Selain itu, Murayama membantu menyusun peta jalan penyelesaian kasus keracunan merkuri Minamata. Dia juga mengakui legitimasi Pasukan Bela Diri Jepang, perjanjian keamanan Jepang-AS, serta simbol nasional yang sebelumnya ditentang oleh partainya sendiri, Partai Sosial Demokrat.
1995 menjadi tahun yang sulit bagi pemerintahannya dengan terjadinya gempa Hanshin, serangan gas saraf AUM Shinrikyo di Tokyo, dan kasus pemerkosaan siswi di Okinawa oleh prajurit AS yang memicu protes besar-besaran.
Murayama mengundurkan diri pada Januari 1996 dan pensiun dari politik pada 2000. Di masa tuanya, dia aktif mempromosikan perdamaian dan hubungan Jepang dengan Korea Utara.
Sumber: Kyodo
Baca juga: China peringati insiden 18 September, awal perang lawan agresi Jepang
Baca juga: Jepang luncurkan gerakan dokumentasikan pengalaman penyintas bom atom
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.