Banda Aceh (ANTARA) - Aroma kopi khas Aceh menyeruak dari deretan stand kopi mobil yang berjajar rapi di pelataran Meuseuraya Festival 2025. Suasana tampak hidup dengan kilauan lampu-lampu hias kuning keemasan menggantung pada tenda UMKM dan pepohonan.
Di salah satu sudut, tiga perempuan dan dua pria larut dalam obrolan ringan penuh tawa. Gelas-gelas sanger masih mengepulkan uap panas di meja sederhana di depan mereka.
Salah satu perempuan tiba-tiba berdiri, lalu berjalan menuju kasir. Raut wajahnya santai, seolah-olah membayar hanya bagian kecil dari ritual nongkrong malam itu.
Sampai di depan kasir, ia tidak membuka dompet, tidak merogoh saku untuk mencari uang receh atau lembaran pecahan besar. Yang muncul dari tangan kanannya justru sebuah ponsel.
Tanpa banyak bicara, pemilik stand UMKM yang berjaga di kasir langsung mengerti, dan mengangkat sebuah papan kecil bergambar quick response (QR) code. Sang perempuan hanya mengarahkan ponselnya. Klik, transaksi selesai dalam kurang dari 10 detik.
Sanger yang dinikmati bersama teman-temannya lunas dalam hitungan detik, tanpa melibatkan uang tunai selembar pun, tak ada uang kembali, dan tak ada hitung-hitungan kembalian uang receh yang sering jadi masalah.
Pemandangan transaksi nontunai menggunakan QRIS itu terus berulang di banyak stand UMKM pada Meuseuraya Festival 2025 yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Aceh.
Meuseuraya Festival 2025 yang berlangsung pada 24-28 September di Balai Meuseuraya Aceh (BMA) Banda Aceh ini mengangkat tema "Kolaborasi Meningkatkan Daya Saing Aceh melalui Ekonomi dan Keuangan Syariah yang Inklusif, Digital, dan Berkelanjutan".
Sesuai dengan tajuknya, perhelatan Meuseuraya oleh Bank Indonesia ini mensyaratkan seluruh transaksinya dilakukan secara digital atau non tunai.
Langkah ini juga sebagai upaya memberikan literasi dan edukasi keuangan digital demi memperkuat ekosistem ekonomi dan syariah.
Analisis Pengembangan UMKM Bank Indonesia Perwakilan Aceh, Daffa Amarul mengatakan, transaksi digital di Meuseuraya Festival ini juga bagian dari upaya mereka mengembangkan UMKM.
Digitalisasi ini, kata dia, menjadi bagian dari implementasi dan akselerasi salah satu pilar Bank Indonesia dalam upaya pengembangan UMKM, termasuk di Aceh agar terus berkembang dan naik kelas.
"Bank Indonesia memiliki kerangka pengembangan UMKM yang berfokus pada empat pilar, yaitu digitalisasi, korporatisasi, peningkatan kapasitas dan peningkatan akses pembiayaan," kata Daffa.
Baca juga: BI catat pembayaran gunakan QRIS di Aceh capai 14,49 juta transaksi
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.