Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menyebut bahwa merokok menduduki tiga besar faktor risiko yang menyebabkan penyakit di Indonesia maupun di dunia.
"Tekanan darah tinggi, merokok dan gula darah tinggi menduduki tiga teratas faktor risiko yang menyebabkan beban penyakit di Indonesia maupun di dunia," kata Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Akibat Tembakau dan Penyakit Paru Direktorat Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Benget Saragih di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Kemenkes ajak semua pihak larang jual rokok usia di bawah 21 tahun
Hal itu dikatakannya dalam acara workshop media bertajuk Advokasi Tobacco Tax dan Tobacco Control.
Benget Saragih menyampaikan perokok aktif rentan mengalami sejumlah penyakit, di antaranya stroke iskemik, penyakit cardiovaskular, penyakit jantung, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), hingga kanker paru.
"Risiko kanker paru 8,9 kali lebih tinggi pada perokok dibandingkan yang tidak merokok. 84,6 persen kasus kanker paru pada laki-laki disebabkan perilaku merokok," katanya.
Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, menunjukkan bahwa prevalensi perokok aktif di Indonesia mencapai 63,1 juta orang, dengan 7,4 persen diantaranya adalah kelompok usia 10 - 18 tahun, yang mayoritas adalah anak-anak dan remaja.
Baca juga: Kemenkes soroti krisis perokok aktif di Indonesia capai 70 juta orang
Baca juga: Kemenkes: Peningkatan perokok pemula imbas konten iklan influencer
"Survei Kesehatan Indonesia, 7,4 persen perokok anak, tapi secara absolut itu jumlah perokok anak meningkat 5,9 juta orang," kata Benget Saragih.
Selain itu, tercatat perokok pemula semakin muda usianya.
Pada data 2023, tercatat terdapat 2,6 persen perokok anak berusia 4 - 9 tahun, 44,7 persen perokok anak usia 10 - 14 tahun, dan 52,8 persen perokok anak usia 15 - 19 tahun.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.