Menyemai keadilan di kampus timur

3 hours ago 3

Mataram (ANTARA) - Pendidikan tinggi seharusnya menjadi tangga bagi anak bangsa untuk menaiki kehidupan yang lebih baik.

Di Nusa Tenggara Barat (NTB), tangga itu belum berdiri kokoh di semua sisi. Di Pulau Lombok, pilihan universitas negeri dan swasta relatif banyak.

Di Kota Mataram saja, Universitas Mataram (Unram), salah satu kampus negeri, telah lama menjadi magnet bagi mahasiswa dari seluruh provinsi, tapi di Pulau Sumbawa, cerita itu berbeda.

Selama puluhan tahun, ribuan lulusan SMA di Sumbawa dan Bima harus menyeberang ke Lombok atau bahkan ke luar provinsi untuk melanjutkan pendidikan tinggi.

Biaya transportasi, akomodasi, dan kehidupan di luar pulau menjadi beban tersendiri. Akibatnya, tidak sedikit yang memilih berhenti di bangku SMA.

Data Badan Pusat Statistik NTB menunjukkan bahwa angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di NTB masih di bawah rata-rata nasional, dan jurang antara Lombok dan Sumbawa masih lebar.

Ketimpangan infrastruktur pendidikan ini telah berlangsung lama, dan menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah daerah.

Samawa menuju negeri

Harapan itu kini tumbuh di Sumbawa. Universitas Samawa (UNSA) yang berdiri sejak 1998 telah menjadi tumpuan ribuan mahasiswa dari wilayah timur NTB. Di sinilah muncul cita-cita besar dengan menjadikan UNSA sebagai universitas negeri pertama di Pulau Sumbawa.

Perjuangan itu bukan hal baru. Sejak 15 tahun lalu, UNSA telah berjuang memenuhi berbagai syarat administratif dan akademik. Jumlah dosen berkualifikasi S2 dan S3 terus bertambah. Kampus memperluas lahan, membangun laboratorium, memperkuat tata kelola, dan menjalin kerja sama riset dengan pemerintah serta dunia usaha.

Bahkan pada 2012, Pemerintah Provinsi NTB mengucurkan hibah Rp5 miliar untuk mendukung pengembangan UNSA, termasuk peningkatan kualitas dosen dan fasilitas perkuliahan.

Kini, setelah perjalanan panjang dan berbagai evaluasi, sinyal positif mulai terlihat. Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal, dalam wisuda ke-22 UNSA di Sumbawa Besar, menegaskan dukungannya agar kampus tersebut segera dinegerikan.

Ia menyebut, penegerian UNSA bukan sekadar status administratif, melainkan langkah strategis untuk memutus kesenjangan antara Lombok dan Sumbawa dalam akses pendidikan.

Dukungan serupa datang dari berbagai kalangan di daerah. Pemerintah Kabupaten Sumbawa, DPRD, dan tokoh masyarakat sejak lama menegaskan bahwa wilayah di timur NTB ini sudah saatnya memiliki universitas negeri sendiri. Sebab, tidak ada pemerataan tanpa pendidikan, dan tidak ada pendidikan tanpa akses yang setara.

Peran pemda

Upaya Pemerintah Provinsi NTB dalam pemerataan pendidikan tinggi sebenarnya berjalan di dua jalur besar, yakni memperkuat lembaga yang sudah ada dan memperluas akses ke daerah terpencil.

Dari sisi kebijakan, NTB menempatkan pembangunan sumber daya manusia sebagai prioritas utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dukungan terhadap penegerian UNSA menjadi bagian nyata dari agenda tersebut.

Hanya saja, tantangannya tidak kecil. Dari aspek tata kelola, proses penegerian perguruan tinggi membutuhkan sinkronisasi lintas kementerian, mulai dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, hingga Kementerian Keuangan.

Pemerintah daerah hanya dapat menjadi fasilitator dan penyiap dukungan awal, baik lahan maupun pembiayaan infrastruktur dasar.

Keterbatasan fiskal daerah menjadi hambatan utama. Meski begitu, semangat Pemprov NTB terlihat dari langkah-langkah strategisnya. Pemerintah provinsi telah memfokuskan penguatan perguruan tinggi daerah agar mampu memenuhi standar nasional, termasuk peningkatan akreditasi program studi, digitalisasi layanan kampus, dan penyediaan beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu.

Di sisi lain, program NTB Cerdas terus berjalan dengan skema bantuan pendidikan untuk mahasiswa berprestasi di dalam dan luar daerah. Tahun 2025, Pemprov NTB mengalokasikan lebih dari Rp20 miliar untuk beasiswa dan pelatihan vokasi.

Meskipun demikian,, keberhasilan program ini tetap bergantung pada pemerataan fasilitas pendidikan di tingkat perguruan tinggi, terutama di Pulau Sumbawa yang masih minim kampus negeri.

Membangun dari timur

Langkah mendorong penegerian UNSA sejatinya bukan hanya simbol pemerataan, tetapi juga strategi membangun peradaban baru dari wilayah timur NTB.

Ketika perguruan tinggi negeri berdiri di Sumbawa, dampaknya akan berlapis, Amulai dari tumbuhnya ekonomi lokal, meningkatnya riset berbasis potensi daerah, hingga tersedianya lapangan kerja baru bagi akademisi dan tenaga pendidik.

Sebagai contoh, UNSA memiliki keunggulan riset di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan--tiga sektor utama ekonomi Sumbawa. Jika UNSA menjadi universitas negeri, maka potensi riset agribisnis dan inovasi lokal bisa lebih mudah mendapatkan dukungan pemerintah pusat.

Kampus bisa menjadi center of excellence bagi pengembangan komoditas unggulan daerah, seperti jagung, sapi, dan rumput laut yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat.

Selain itu, penegerian UNSA akan memperkuat persebaran dosen dan peneliti di luar Lombok. Selama ini, lebih dari 70 persen dosen berpendidikan doktor di NTB masih terkonsentrasi di Mataram. Dengan adanya universitas negeri baru, kualitas riset dan publikasi ilmiah dari kawasan timur NTB bisa meningkat.

Hanya saja, semua itu membutuhkan keseriusan pemerintah daerah untuk menjembatani aspek administratif dan politis di tingkat pusat. Pengalaman di daerah lain, seperti Sulawesi dan Papua menunjukkan bahwa penegerian perguruan tinggi daerah bisa terwujud jika sinergi antara pemerintah daerah, DPRD, dan perguruan tinggi berjalan konsisten.

Arah baru

Pemerataan pendidikan tinggi bukan semata menambah jumlah kampus, tetapi menciptakan ekosistem akademik yang inklusif. Pemerintah daerah perlu memperluas kolaborasi antara perguruan tinggi dan dunia usaha, terutama dalam bidang riset terapan dan pengembangan teknologi. Langkah ini penting agar lulusan tidak hanya siap kerja, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja baru.

Selain itu, NTB perlu memperkuat pendidikan vokasi di tingkat perguruan tinggi. Selama ini, kesenjangan antara lulusan dan kebutuhan industri masih besar.

Politeknik dan sekolah vokasi di NTB harus mendapat perhatian yang sama dengan universitas. Kolaborasi antara kampus dan kawasan industri di Lombok Tengah atau kawasan perikanan di Sumbawa bisa menjadi model yang diperluas.

Pemprov NTB juga dapat membentuk Forum Pendidikan Tinggi NTB yang melibatkan semua perguruan tinggi negeri dan swasta di provinsi ini. Forum tersebut berfungsi sebagai wadah sinkronisasi kurikulum, riset daerah, dan kebutuhan tenaga kerja. Dengan cara itu, kebijakan pendidikan tinggi di NTB akan lebih terarah dan berkelanjutan.

Menumbuhkan harapan

Perjuangan pendidikan di NTB bukan sekadar urusan gedung atau status kampus. Ini soal keadilan sosial. Ketika anak muda di Sumbawa atau Bima bisa kuliah, tanpa harus meninggalkan tanah kelahirannya, saat itulah pembangunan mulai berdiri di atas fondasi yang kokoh.

Mendorong UNSA menjadi universitas negeri adalah bagian dari langkah panjang menuju pemerataan pendidikan tinggi di NTB. Jika ini berhasil, maka bukan hanya mahasiswa yang diuntungkan, tetapi seluruh masyarakat akan merasakan dampaknya, baik dari ekonomi, sosial, hingga budaya.

Pendidikan tinggi adalah ladang masa depan. Dan seperti halnya ladang di tanah Sumbawa, ia akan subur jika ditanami dengan kebijakan yang adil, perhatian yang merata, dan kerja bersama antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat.

NTB kini berada di persimpangan penting, yakni melanjutkan tradisi pendidikan yang timpang, atau menjemput keadilan akademik di seluruh penjuru pulau.

Pilihan itu tidak bisa ditunda, sebab masa depan anak-anak muda di timur Indonesia menunggu di gerbang kampus mereka sendiri.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |