Menyatukan pasukan "pengawal" untuk swasembada pangan

4 days ago 10
Penyuluh dilarang sakit, dilarang tidur, karena begitu ketatnya target yang diemban, mulai dari produktivitas hingga rangking kinerja

Jakarta (ANTARA) - Ribuan penyuluh berbalut kemeja putih bersatu dalam tekad mengawal petani menuju swasembada pangan, sesuai dengan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

Siang itu, tua dan muda duduk berdampingan di bawah tenda-tenda besar, membentang luas di halaman Kantor Kementerian Pertanian. Mereka membaur tanpa sekat demi mengukir semangat baru dan siap mengisi setiap sudut desa dengan kerja keras dan dedikasi.

Mereka bukan lagi prajurit daerah, melainkan pasukan nasional, resmi menjadi bagian keluarga besar Kementerian Pertanian yang kini dibina langsung di tingkat pusat.

Hal itu tertuang dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2025, bahwa penyuluh pertanian kini langsung berada di bawah arahan Kementan sebagai ujung tombak percepatan swasembada pangan.

Tak ada lagi sekat antara pusat dan daerah; para penyuluh kini berbaris dalam satu komando untuk satu visi besar, menjadikan Indonesia mandiri dalam pangan.

Perubahan besar ini disambut gegap gempita.Para penyuluh siap mengemban amanah, mengangkat produktivitas pangan dari desa hingga pelosok negeri.

Sebanyak 5.000 penyuluh hadir langsung di Jakarta, sedangkan 32.000 lainnya mengikuti arahan dari berbagai penjuru Nusantara, semua menyimak taktik baru yang membawa harapan baru pula bagi pertanian Indonesia.

Kementerian Pertanian kini menjadi rumah bagi para penyuluh; sebuah rumah yang memanggil mereka untuk membangun negeri melalui sawah, ladang, dan kebun petani kecil.

Tidak lagi sekadar mengawal masa tanam dan panen, penyuluh kini didorong aktif mengawal serapan hasil pertanian, memastikan harga tetap stabil untuk kesejahteraan petani.

Mereka siap menjadi pasukan perubahan, membuktikan bahwa keberhasilan pertanian Indonesia lahir dari kerja keras, kebersamaan, dan semangat pantang menyerah.

Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menjawab pertanyaan awak media di sela Rapat Koordinasi Nasional bersama 37 ribu Penyuluh Pertanian secara luring dan daring di Jakarta, Sabtu (26/4/2025). ANTARA/Harianto/am.

Ujung tombak

Penyuluh pertanian menjadi elemen penting dalam pembangunan sektor pertanian, bekerja di lapangan langsung mendampingi petani dari awal musim tanam hingga masa panen. Mereka menjadi ujung tombak keberhasilan swasembada.

Wakil Menteri Pertanian Sudaryono berkali-kali menyebut mereka sebagai garda terdepan yang siap bergerak, memastikan panen tak sekadar selesai tapi juga gabah petani terserap dengan harga pantas sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) Rp6.500 per kilogram.

"Semua rencana bisa bagus, tapi yang mengerjakan di lapangan adalah para penyuluh," katanya dalam rapat koordinasi yang dihadiri 37.000 penyuluh secara daring dan luring.

Tak hanya mengawal musim tanam, mereka juga dituntut menjadi mata dan telinga kementerian, memantau serapan gabah Bulog hingga ke pelosok desa, bergandengan dengan Babinsa.

Sampai ada lelucon disampaikan Wamentan kepada ribuan garda terdepan pertanian Merah Putih, "Penyuluh dilarang sakit, dilarang tidur," karena begitu ketatnya target yang diemban, mulai dari produktivitas hingga rangking kinerja.

Sudaryono bahkan menjanjikan reward nyata, mulai dari motor dinas yang disiapkan hingga 10.000 unit bagi mereka yang memiliki kinerja baik, termasuk peluang karir yang lebih tinggi, karena kementerian itu menerapkan meritokrasi.

Apresiasi itu bisa diraih bila penyuluh menyelesaikan misi di daerah dengan fokus pada pengawalan percepatan luas tambah tanam (LTT), peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dan produktivitas padi, serta mendorong dan mengawal akselerasi program utama Kementan.

Penyuluh pertanian diminta setia mendampingi petani, memastikan setiap musim tanam berjalan sesuai harapan bersama. Penyuluh menjadi penghubung antara kebijakan pemerintah dan kebutuhan petani, mulai dari benih unggul hingga alat mesin pertanian modern.

Sudaryono meminta para penyuluh sigap membaca situasi, cepat menangani masalah petani baik pupuk, serangan hama, dan membantu penyerapan gabah oleh Bulog secara aktif.

Baca juga: Pemkab Kuningan tingkatkan kinerja penyuluh pertanian via sertifikasi

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menjawab pertanyaan awak media di sela Rapat Koordinasi Nasional bersama 37 ribu Penyuluh Pertanian secara luring dan daring di Jakarta, Sabtu (26/4/2025). ANTARA/Harianto

Target 32 juta ton

Pemerintah Indonesia menetapkan target ambisius produksi beras sebesar 32 juta ton pada 2025, seiring optimisme peningkatan produktivitas dan luas panen di seluruh daerah. Angka itu naik 1 juta ton bila dibandingkan target tahun sebelumnya.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan optimisme tinggi bisa melampaui target itu. Baginya, Indonesia bisa memproduksi padi setara beras hingga 34 juta ton di tahun ini. Didukung kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang pro-rakyat.

Sebanyak 37.000 penyuluh pertanian lapangan diandalkan menjadi ujung tombak, garda terdepan untuk membimbing petani, meningkatkan hasil panen, dan mengamankan serapan gabah.

Pemerintah daerah, BUMN, hingga TNI-Polri juga digerakkan dalam sinergi besar meningkatkan ketahanan pangan, memastikan stok nasional tetap stabil di tengah ketidakpastian global.

Per April 2025, stok beras nasional mencapai 3,18 juta ton, tertinggi dalam 23 tahun terakhir, menegaskan keberhasilan strategi pemerintah memperkuat sektor pangan nasional.

Saat Indonesia surplus, negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, dan Jepang justru menghadapi krisis pangan serius akibat gagal panen dan cuaca ekstrem. Malaysia contohnya, harga beras mencapai Rp93.000 per kg.

"Bayangkan kalau terjadi di Indonesia. Kalau pangan bermasalah, negara bermasalah, kita pasti terjadi konflik sosial di antara kita. Pasti terjadi keributan, dan negara akan dalam keadaan bahaya," kata Mentan.

Baca juga: Wamentan tegaskan penyuluh pertanian ujung tombak swasembada pangan

Suasana Rapat Koordinasi Nasional bersama 37 ribu Penyuluh Pertanian yang dilaksanakan Kementerian Pertanian secara luring dan daring di Jakarta, Sabtu (26/4/2025). ANTARA/Harianto

Kawal petani

Para penyuluh pertanian menyatakan siap mendukung swasembada pangan berkelanjutan. Mereka berkomitmen untuk berkontribusi pada LTT, pengawalan dan pendampingan Brigade Pangan, pengawalan optimalisasi pemanfaatan alat dan mesin pertanian (Alsintan), dan pengawalan serap gabah.

Rizky Hasim, penyuluh dari Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan siap menjadi mulut, mata, dan telinga dari Kementan untuk mengawal program strategis pertanian ataupun memberikan pendampingan optimal kepada petani.

“Tentu kami sampaikan kebijakan dari pemerintah pusat untuk swasembada pangan, terutama serapan gabah yang sedang digencarkan,” ucap Rizky di siang itu.

Bagi Rizky, petani NTB bersyukur dengan kenaikan HPP gabah menjadi Rp6.500 per kg dibandingkan sebelumnya yang hanya berkisar Rp4.000 - Rp4.500 per kg.

Sebagai penyuluh yang berdedikasi di pelosok NTB, ia siap membimbing petani untuk meningkatkan produksi padi yang saat ini masih 5,5-6 ton per hektare.

Komitmen yang sama juga datang dari penyuluh pertanian asal Lampung Selatan, Evi Yulianti, yang menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat pertanian daerah.

Di tengah semangat swasembada pangan nasional, Evi dan rekan-rekannya menggerakkan sinergi antara petani, kelompok tani (Gapoktan), kepala desa, hingga aparat pemerintah di tingkat kabupaten dan provinsi.

Dorongan harga yang menguntungkan serta ketersediaan pupuk yang memadai menjadi energi baru bagi para petani di wilayahnya. Usai panen, mereka kini termotivasi untuk langsung melanjutkan proses percepatan tanam, mulai dari olah tanah hingga penyemaian bibit.

Rizal, penyuluh asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan mengaku merasakan langsung perubahan positif dalam profesinya.

Kini, penyuluh pertanian di daerahnya secara bertahap menjadi bagian dari pegawai Kementerian Pertanian, sebuah perubahan yang membawa dampak nyata terhadap peningkatan kesejahteraan mereka.

Kehadiran Rizal untuk pertama kalinya di Jakarta menjadi momen bersejarah, di mana ia menerima penghargaan satu unit kendaraan dinas roda dua, atas dedikasi aktif di lapangan.

Indeks pertanaman di daerahnya mengalami peningkatan dari satu kali tanam menjadi dua hingga tiga kali dalam setahun. Tak hanya itu, produksi gabah pun melonjak dari 5 ton menjadi 7 hingga 8 ton per hektare.

Dengan semangat, dedikasi, dukungan pemerintah, dan tentu saja aksi nyata di lapangan, Rizal dan kawan-kawan menunjukkan bahwa penyuluh pertanian merupakan kunci untuk mewujudkan swasembada dan kedaulatan pangan Indonesia. Tanpa penyuluh, produktivitas pangan nasional sulit dicapai, sebab mereka inilah yang bekerja langsung di lapangan.

Baca juga: Mentan tegaskan peran krusial 37 ribu PPL kawal swasembada pangan

Baca juga: Mentan-BKN sinergi pemindahan administrasi penyuluh pertanian ke pusat

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |