Menyalakan digitalisasi pendidikan di kabut kesenjangan

5 hours ago 2
Di antara rencana kerja yang disepakati dalam AEMM untuk memupus kesenjangan itu adalah pemerataan infrastruktur digital di antara anggota APEC.

Jakarta (ANTARA) - Pertemuan para menteri pendidikan negara-negara kerja sama ekonomi Asia Pasifik atau APEC baru saja berakhir. Setelah dua hari berjalan, pertemuan berjudul APEC Education Ministerial Meeting (AEMM) itu menghasilkan 21 butir pernyataan bersama.

Secara garis besar, pernyataan tersebut mengungkapkan soal pentingnya dunia pendidikan mengantisipasi perkembangan teknologi digital. Kecerdasan artifisial/artificial intelligent (AI) membawa tantangan baru bagi proses pembelajaran di ruang-ruang kelas.

Transformasi pendidikan pun menjadi hal mutlak yang harus dijalankan untuk menghadapi situasi baru yang muncul akibat cepatnya disrupsi teknologi digital. Langkah tersebut diyakini akan menjadikan pendidikan sebagai kunci bagi pengembangan sumberdaya manusia, penguatan ekonomi, juga bagi jalannya pembangunan yang berkelanjutan.

Negara-negara anggota APEC menekankan agar seluruh infrastruktur pendidikan dikerahkan untuk mengafirmasi kondisi tersebut. Kurikulum, guru, peralatan, perlu diperkaya supaya para peserta didik mendapatkan literasi digital yang memadahi. Tak hanya itu, para peserta didik juga diharapkan bisa menjadi talenta yang berperan penting dalam inovasi di dunia digital.

Di sisi lain, Forum AEMM yang dihadiri oleh perwakilan dari 21 negara anggota APEC itu juga menyadari realitas kesenjangan pendidikan yang terjadi di antara sesama anggota forum ekonomi regional tersebut. Sebagian negara sudah melangkah jauh ke depan, di saat sebagian lain masih berjuang keras untuk bisa menikmati seluruh inovasi teknologi digital.

Menurut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Abdul Mu'ti, kesenjangan pendidikan terjadi karena faktor geografi, ekonomi, dan budaya. "Di Australia, misalnya, masih terjadi kesenjangan di kalangan suku Aborigin dan para imigran," tutur Mu'ti yang ikut aktif dalam pertemuan yang berlangsung di Jeju, Korea Selatan, 13-15 Mei 2025 tersebut.

Untuk kesenjangan yang muncul akibat masalah geografi, Mu'ti menawarkan solusi berupa pembelajaran jarak jauh (distance learning) dan digitalisasi pendidikan. Dia mengakui bahwa di Indonesia masih terdapat peserta didik yang tinggal di daerah terpencil.

Sebagai negara kepulauan, problem kesenjangan pendidikan menjadi tantangan yang harus diatasi. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah akan membuka sekolah satu atap (Satap), pendirian rumah belajar, mengaktifkan pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), selain juga pembelajaran jarak jauh dan digitalisasi pendidikan.

Wakil Menteri Pendidikan Korea, Oh Seok-Hwan, pun mengakui bahwa soal kesenjangan pendidikan ini menyedot perhatian serius forum AEMM. Dalam sebuah jumpa pers di Jeju, Oh mengungkapkan bahwa situasi kesenjangan ini juga terjadi di negara-negara anggota APEC.

Baca juga: Komisi X apresiasi program digitalisasi pendidikan dari Kemendikdasmen

Karena itulah, pertemuan Jeju diharapkan bisa menjembatani kesenjangan tersebut. Sehingga seluruh anggota APEC bisa memberikan akses bagi warganya untuk bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas. "Kami menyadari, pendidikan memegang peran sangat penting," tutur dia.

Di antara rencana kerja yang disepakati dalam AEMM untuk memupus kesenjangan itu adalah pemerataan infrastruktur digital di antara anggota APEC. Dengan langkah ini diharapkan peserta didik di wilayah terpencil pun tetap bisa mengikuti pembelajaran yang bermutu.

Selain infrastruktur, peningkatan kapasitas dan kompetensi guru dalam menjalankan pendidikan yang berbasis pada perkembangan teknologi pun bakal dijalankan. "Pembelajaran yang masih berjalan tradisional, harus kita bantu agar menjadi lebih sesuai dengan perkembangan teknologi," kata Oh menambahkan.

Seperti tertuang dalam pernyataan bersama, para anggota APEC akan bertukar pengalaman mengenai langkah yang ditempuh dalam tranformasi pendidikan di wilayah masing-masing. Melalui upaya ini diharapkan sesama anggota forum kerja sama ekonomi tersebut bisa saling belajar dan bekerja sama dalam memajukan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perubahan zaman.

Direktur Eksekutif Sekretariat APEC Eduardo Pedrosa meyakini bahwa peningkatan kualitas pendidikan yang dijalankan secara konsisten juga akan membawa dampak positif bagi kemajuan ekonomi. "Pendidikan adalah fondasi," ujarnya. Dunia pendidikan telah banyak melahirkan inovasi yang tak hanya bernilai akademik, tapi juga bernilai ekonomi.

Baca juga: Kemendikdasmen raih Gold Play Button YouTube

Dia mengingatkan bahwa saat ini dunia terus berubah dengan cepat. Kemajuan teknologi digital terus membawa dampak besar bagi kehidupan. Dia pun menekankan agar anggota APEC tidak hanya fokus mereaksi perubahan itu, tapi juga harus terlibat aktif dalam mengawal perubahan.

Namun demikian, semangat untuk mendorong dunia pendidikan agar adaptif terhadap perkembangan teknologi digital juga harus tetap mempertimbangkan persoalan etika. Menteri Mu'ti mengingatkan agar semangat tersebut juga diimbangi dengan hal yang dia istilahkan sebagai kesalehan digital.

Mu'ti menjelaskan bahwa kesalehan digital yang dimaksudkannya itu adalah kesadaran untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dengan tujuan yang baik. Mereka yang memiliki kesalehan digital, diyakininya tidak akan menyalahgunakan kemajuan teknologi untuk kejahatan.

"Kan teknologi itu tergantung pengguna dan penggunaannya. Kalau digunakan oleh orang bertanggung jawab untuk tujuan baik, maka akan mendatangkan manfaat," ujar Mu'ti. Sebaliknya, jika digunakan oleh mereka yang berniat jahat, makan teknologi akan mendatangkan kerusakan.

Tak hanya soal etika, adaptasi dunia pendidikan terhadap perkembangan teknologi digital juga harus dijalankan dengan tepat. Hal ini diingatkan oleh Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Toni Toharudin. "Kita jangan sampai salah langkah. Akibatnya bisa fatal," ujar dia secara terpisah.

Baca juga: Mendikdasmen: Teknologi-digitalisasi perluas akses pendidikan bermutu

Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |