Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengingatkan bahwa danau-danau di Indonesia berada dalam kondisi tidak baik-baik saja terutama karena tidak berjalannya fungsi daerah tangkapan air (catchment area).
"Banyak danau, banyak waduk kita bangun. Namun, apa yang terjadi? Waduk-waduk tersebut dalam waktu tidak terlalu lama kehilangan fungsinya, karena kita tidak memperhatikan catchment area-nya, mulai dari catchment itulah yang memengaruhi kinerja fungsi ekosistem, jasa lingkungan hidup tinggi dari danau tersebut," kata Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq dalam peringatan Hari Danau Sedunia 2025 dan Rakornas Penyelamatan Danau Indonesia di Jakarta, Rabu.
Degradasi lingkungan sekitar danau menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan tangkapan air yang mengalirkannya ke danau. Tidak hanya akibat pembangunan tanpa perencanaan, tapi juga konversi lahan untuk pertanian semusim serta penggunaan pestisida yang kemudian mengalir ke danau
Dia menyoroti sejumlah isu yang dihadapi oleh banyak danau di Indonesia termasuk sedimentasi atau pendangkalan. Ditambah dengan penggunaan kerambah apung secara masif ditambah dengan masuknya spesies invasif yang menggerus populasi endemik di danau-danau Tanah Air.
Sejumlah hal tersebut memengaruhi kemampuan daerah tangkapan air yang menampung dan menyimpan air sebagai sumber air bagi ekosistem lokal melalui danau.
Baca juga: MenterI LH intensifkan langkah selamatkan 15 danau prioritas nasional
Pemerintah sendiri sudah menyadari pentingnya fungsi danau, dengan menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 Tahun 2021 Penyelamatan Danau Prioritas Nasional. Di dalamnya terdapat rencana aksi untuk menyelamatkan 15 danau prioritas nasional.
Dana prioritas termasuk Danau Toba di Sumatera Utara, Danau Singkarak di Sumatera Barat, Danau Maninjau di Sumatera Barat, Danau Kerinci di Jambi, Danau Rawa Danau di Banten, Danau Rawa Pening di Jawa Tengah dan Danau Batur di Bali.
Selain itu terdapat pula Danau Tondano di Sulawesi Utara, Danau Kaskade Mahakam (Melintang, Semayang, dan Jempang) di Kalimantan Timur, Danau Sentarum di Kalimantan Barat, Danau Limboto di Gorontalo, Danau Poso di Sulawesi Tengah, Danau Tempe di Sulawesi Selatan, Danau Matano di Sulawesi Selatan, dan Danau Sentani di Papua.
Namun, dia mengakui hasil dari upaya penyelamatan danau prioritas itu masih belum maksimal. Di beberapa titik bahkan belum dilakukan intervensi nyata.
Baca juga: Kemunculan ikan pora-pora, kesempatan kedua untuk Danau Toba
"Beberapa danau telah dilakukan intervensi langsung, di antaranya tadi Danau Limboto, kalau tidak salah, telah diberikan alat untuk mendorong penggunaan enceng gondok. Namun, kita banyak lihat di Cirata, di Jatiluhur. Jadi kita belum melakukan langkah serius dengan itu semua," katanya.
Untuk itu, dia mengatakan akan memberikan waktu kepada para pemangku kepentingan yang terlibat dalam upaya penyelamatan ekosistem danau tersebut untuk menyusun rencana aksi. Setelahnya akan dilakukan peninjauan oleh para pakar untuk memastikan dapat terimplementasi di tingkat tapak.
Baca juga: KLH: Mayoritas air sungai di Indonesia dalam kondisi tercemar
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.