Jakarta (ANTARA) - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf mendukung Badan Pusat Statistik (BPS) memperbaiki indikator-indikator yang saat ini digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat karena pembaruan-pembaruan itu juga menjadi tuntutan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
"BPS sudah menyatakan ya akan menerima masukan-masukan untuk memperbaiki indikator. Saya kira itu satu hal yang positif, dan kita sambut baik. Kita sendiri tentu menjadikan data BPS sebagai referensi, sebagai pedoman," kata Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah, menjawab pertanyaan wartawan saat ditemui di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Selasa.
Gus Ipul mengatakan Kementerian Sosial pada prinsipnya mengikuti keputusan yang diambil oleh BPS terkait rencana memperbaiki indikator-indikator untuk mengukur kesejahteraan tersebut.
Walaupun demikian, Gus Ipul menyebut jika nantinya ada perubahan, maka itu akan mempengaruhi penilaian terhadap kinerja pemerintah, termasuk kinerja Kementerian Sosial.
Contohnya, kata dia, jika saat ini Kementerian Sosial bekerja dengan pedoman indikator garis kemiskinan sebesar Rp500.000 per kapita per bulan, kemudian nantinya naik menjadi Rp700.000, maka akan ada kondisi yang disebut oleh Saifullah sebagai "gejolak-gejolak statistik".
"Misalnya, kita kerja nih, yang ukurannya Rp500.000, misalnya saja ini, terus tiba-tiba kita lagi kerja dinaikkan jadi Rp700.000 kan. jadi, terus kan kaya kemarin itu, kemiskinan ekstrem itu yang sebelumnya Rp300.000 sekian naik jadi Rp400.000, maka kalau diukur pada waktu yang sama jadi kelihatan naik gitu, padahal yang dinaikkan ukurannya," kata Menteri Sosial Saifullah.
Baca juga: Mensos lapor Prabowo soal sekolah rakyat dan bansos tak tepat sasaran
Oleh karena itu, jika nantinya ada perubahan indikator dari BPS, Gus Ipul berharap indikator yang lama tetap digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat.
"Kalau nanti dinaikkan, kita harapkan ada dua, tetap yang ukuran lama dan ukuran baru sehingga di sini nanti kelihatan kinerja pemerintah itu. Sebab, kalau kita mengukur hari ini dengan ukuran yang lama, nanti kan akan ada gejolak-gejolak statistik," ujar Gus Ipul.
Gus Ipul beralasan indikator yang lama, atau yang saat ini digunakan, tetap harus dipakai, karena hasil pengukuran BPS juga menunjukkan hasil kerja pemerintah.
"Kalau itu harus dilakukan (memperbaiki indikator pengukuran, red), nanti bisa dua pengukuran. Dengan begitu, kinerjanya kita akan tetap terukur dengan baik seiring degan perkembangan waktu. Jadi, menurut saya, harapan itu akan diakomodasi oleh BPS tentunya," ujar Gus Ipul.
Baca juga: Mensos: Siswa dan guru untuk 100 sekolah rakyat selesai diseleksi
Baca juga: Mensos: Bansos bagi masyarakat terkena PHK tetap disesuaikan DTSEN
Baca juga: Mensos alihkan sejumlah bansos tak tepat salur kepada desil 1-4
Pewarta: Genta Tenri Mawangi/Mentari Dwi Gayati
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.