Jakarta (ANTARA) - Industri air minum dalam kemasan (AMDK) menjadi salah satu pilar untuk memperkuat industri pengolahan domestik di tingkat global, kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita.
"Industri AMDK memiliki posisi strategis dalam ekosistem manufaktur nasional karena menopang sektor makanan dan minuman yang menjadi kontributor utama terhadap pertumbuhan industri pengolahan nonmigas," kata dia dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu (12/11).
Industri tersebut, kata Agus, terus menunjukkan kinerja positif dan berhasil menjaga momentum pertumbuhan yang stabil.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, pada 1973 hanya terdapat satu pabrik AMDK dengan kapasitas 6 juta liter per tahun. Sekarang, jumlahnya mencapai 707 pabrik dengan total kapasitas produksi mencapai 47 miliar liter per tahun dan menyerap sekitar 46.000 tenaga kerja langsung.
"Selama lima tahun terakhir, tingkat utilisasi industri AMDK konsisten di atas 70 persen, menandakan daya tahan industri ini terhadap berbagai dinamika ekonomi," kata Menperin.
Industri AMDK juga memberikan kontribusi terhadap ekspor makanan dan minuman dengan pertumbuhan rata-rata 11,4 persen per tahun. Saat ini, ada 1.348 sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) aktif untuk produk AMDK.
Hal itu membuktikan komitmen pelaku usaha AMDK terhadap kualitas dan standar nasional, kata Agus dalam pernyataannya.
Dalam upaya transformasi industri menuju era digital, dua pabrik AMDK milik PT Tirta Investama di Pandaan dan Banyuwangi telah ditetapkan sebagai National Lighthouse Industry 4.0 — contoh penerapan teknologi industri cerdas dan efisiensi energi.
"Dari jumlah (pabrik) yang masih di bawah 1 persen tersebut, saya men-challenge rekan-rekan Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN) untuk menambah lagi jumlah pabrik AMDK, yang nantinya akan menjadi National Lighthouse Industry 4.0," kata Agus.
Dia menambahkan bahwa sektor industri manufaktur, termasuk AMDK, diminta untuk semakin adaptif terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan.
Industri AMDK merupakan pengguna besar plastik, khususnya kemasan berbahan PET. Karena itu, Agus memacu pelaku industri untuk memperluas penggunaan bahan daur ulang dan memperkuat penerapan prinsip ekonomi sirkular.
"Saya mengajak seluruh pelaku usaha industri AMDK untuk lebih inovatif dalam menggunakan komponen PET daur ulang serta mengurangi timbulan sampah plastik," kata Menperin.
Agus menambahkan bahwa pengelolaan sumber air baku harus menjadi prioritas bersama.
"Kita harus memastikan kegiatan industri tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar," kata dia.
Menurut Agus, dalam konteks pengembangan industri halal, sektor AMDK juga berperan penting mendukung penguatan ekosistem makanan dan minuman halal nasional.
Berdasarkan laporan State of the Global Islamic Economy Report (SGIER) 2024-2025, Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia dalam ekosistem industri halal setelah Malaysia dan Arab Saudi, serta menjadi negara dengan peningkatan skor tertinggi sejak 2022.
"Industri AMDK memiliki kontribusi strategis dalam mendukung penguatan sektor makanan dan minuman halal yang menjadi salah satu unggulan Indonesia di pasar global," kata Agus.
Dia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan industri untuk memastikan seluruh proses produksi memenuhi standar halal.
Menperin juga menyampaikan apresiasinya yang tinggi atas langkah ASPADIN menyelenggarakan Munas ke-XI di Jakarta pada Rabu sebagai wadah memperkuat kolaborasi di antara para pelaku industri.
Baca juga: Anggota DPR: Perusahaan air minum harus tanggung jawab atas air rakyat
Baca juga: Pakar sebut perlu libatkan banyak ilmu pastikan sumber air AMDK aman
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































