Menkop: Standard produksi di rumah tempe bisa direplikasi pengrajin

1 month ago 19

Bogor (ANTARA) - Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi mengatakan, proses produksi tempe di Rumah Tempe Indonesia (RTI), Bogor dapat direplikasi oleh para pengrajin di berbagai wilayah di Indonesia karena telah menggunakan prosedur yang higienis dan memiliki standard yang baik.

“Saya berharap rumah tempe ini yang menurut saya sudah diorganisir, sudah diperoleh dengan sangat baik, sangat profesional, kita bisa replikasi. Di-copy paste,” kata Budi Arie saat ditemui di Bogor, Rabu.

Sebab menurutnya, produk berbahan dasar kedelai yakni tempe dan tahu menjadi salah satu produk yang digemari masyarakat Indonesia. Peningkatan standard mutu produk menurutnya mampu meningkatkan daya saing produk hingga ke pasar internasional.

“Paling tidak sama. Ada standard, karena soal mengolahnya terserah, sayur lodeh saja butuh tempe, tempe ini banyak varian (masakan),” katanya lagi.

Menkop juga akan membantu mengusulkan kepada UNESCO agar tempe bisa menjadi warisan tak benda yang berasal dari Indonesia.

“Nanti kita bantu ke UNESCO sebagai warisan tak benda di Indonesia,” tambahnya.

Pihaknya juga menyerukan agar Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) berinovasi menghadirkan produk unggulan yang berasal dari tempe maupun tahu, sehingga dapat memperluas pangsa pasar.

Pada kesempatan yang sama, CEO Rumah Tempe Indonesia Bela Putra Perdana mengungkapkan bahwa tempe produksi RTI telah menembus sejumlah pasar modern bahkan ekspor ke Korea Selatan.

Ia menyebut, dalam memroduksi tempe, higienis menjadi salah satu hal yang diperhatikan. Misalnya saja, peralatan produksi telah menggunakan peralatan yang terbuat dari stainless steel, SDM juga mengenakan alat penutup kepala dan masker.

Sementara untuk limbah hasil produksi juga turut diperhatikan dengan mengolahnya menjadi biogas.

Lebih lanjut, RTI yang berada di bawah naungan Kopti Bogor ini juga telah menerima standard SNI, BPOM, dan HACCP hingga ditunjuk Kementerian Kesehatan menjadi salah satu tolok ukur pembuatan tempe dan tahu nasional.

Dirinya berharap penerapan standard yang dilakukan olehnya dapat diterapkan oleh sekitar 1.300 pengrajin tempe di kawasan Bogor.

“Kita mau standard-kan tempe Indonesia karena di luar negeri itu mahal dan disebut sebagai superfood,” pungkasnya.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |