Menjelajah kekayaan kebun Kampung Imsar

3 hours ago 2
Semuanya tinggal petik saja di kebun

Jayapura, Papua (ANTARA) - Di tengah lanskap hijau Papua, Kampung Imsar di Distrik Nimborang, Kabupaten Jayapura, tampil dengan peradaban warga yang relatif lebih maju dibandingkan kampung-kampung sekitar.

Perjalanan 60 km dari Sentani menuju kampung ini semakin nyaman, berkat jalan aspal baru yang menghubungkan kampung dengan dunia luar.

Kampung Imsar dihuni oleh 411 jiwa dan 106 kepala keluarga yang berasal dari marga Hamong, Giay, Irab, dan Hembring.

Di suatu siang yang panas pada Senin (10/2), sejumlah ibu rumah tangga warga Kampung Imsar, tersenyum cerah menyambut kedatangan Mama Peninairab Yombe (67) di kedai noken.

”Sekarang saya sudah bisa bikin noken. Saya belajar sebentar saja, saya duduk saja, minta Mama ajarkan kita dan sekarang sudah ada beberapa yang bisa," kata Sarlota Elli memperkenalkan Mama Peninairab kepada ANTARA.

Mama Peni, begitu nama karib pemilik kedai noken yang ada di pinggir Jalan Kampung Imsar, bergegas duduk di samping Sarlota dan memperagakan cara membuat tas dari ragam tanaman yang tumbuh subur di kebun belakang kedainya.

Tangannya terampil melinting serat kayu dari pohon mahkota dewa kering di pahanya. Serat-serat itu digulung dengan tekanan yang pas, berulang-ulang hingga terbentuk benang panjang yang kuat.

Mama Peninairab Yombe (67) saat memperlihatkan keahlian merajut noken di kedainya, Kampung Imsar, Distrik Nimborang, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (10/2/2025). (ANTARA/Andi Firdaus)

Setelah benang terkumpul, Mama Peni mulai merajutnya menjadi tas noken. Jemarinya bergerak lincah, menyatukan setiap helai tanpa menggunakan simpul yang terlihat, tidak ada jahitan atau sambungan kasar, seolah menyatu secara alami, membentuk tas yang kokoh namun tetap fleksibel.

Untuk mempercantik tas yang dibuat, beberapa helai serat diberi pewarna merah yang diperoleh dari buah Annatto atau yang biasa dikenal warga setempat sebagai Ibomero. Sedangkan pewarna biru dicelup dengan rendaman buah Yuwi.

"Semuanya tinggal petik saja di kebun," katanya.

Di kedainya, tak kurang dari 15 noken telah siap dijual. Harga termahal Rp500 ribu untuk ukuran besar yang mampu memuat kayu bakar, sedangkan yang termurah di harga Rp100 ribu yang cukup untuk menyimpan satu telepon genggam.

Selain produk tas, Mama Peni juga memasarkan pakaian anak dan dewasa dari rajutan kulit kayu. Seluruhnya dipasarkan melalui kedai serta kegiatan festival yang diselenggarakan berkala oleh pemerintah daerah setempat.

Baca juga: Komunitas Noken Papua ajak masyarakat ikut lestarikan budaya noken

Baca juga: Pemprov Papua minta ASN gunakan tas noken setiap Kamis

Baca juga: Fadli Zon: Noken miliki potensi ekonomi dan inovasi

Halaman berikut: Silas Giay, Pembudidaya Gaharu

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |