Bengkulu (ANTARA) - Provinsi Bengkulu selama ini dikenal masih tertinggal ketimbang daerah-daerah lain di Pulau Sumatera. Perekonomian provinsi ini masih yang terendah di Pulau Sumatera, meski Bengkulu sudah menjadi daerah otonom sejak 56 tahun silam.
Hingga triwulan IV 2024 lalu tidak ada nama Bengkulu dalam provinsi yang mendominasi struktur ekonomi di Pulau Sumatera. Tiga besar penopang ekonomi Sumatera yang dirilis Badan Pusat Statistik yakni Provinsi Sumatera Utara dengan kontribusi sebesar 23,55 persen, Riau sebesar 22,84 persen, dan Provinsi Sumatera Selatan yang berkontribusi sebesar 13,63 persen. Sementara kontribusi Provinsi Bengkulu hanya sebesar 2,14 persen.
Kontribusi Bengkulu untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera berada di bawah Provinsi Bangka Belitung, sedikit lebih baik yakni menyumbang sebesar 2,21 persen. Babel sebagai daerah pemekaran dari Sumatera Selatan pada 2000.
Bengkulu bukan kekurangan sumber daya alam, bukan pula kekurangan sumber daya manusia. Daerah itu punya banyak putra-putri yang kompeten untuk mengelola dan mendorong tanah kelahiran ibu negara pertama Fatmawati Soekarno menjadi kekuatan ekonomi yang diperhitungkan di wilayah regional Sumatera maupun nasional.
Namun, topografi wilayah yang menjadi tantangan untuk memaksimalkan potensi Bengkulu agar perekonomiannya lebih maju seperti halnya provinsi besar lainnya di Sumatera. Bengkulu menjadi daerah yang terisolasi karena akses sulit menuju empat provinsi tetangga.
Masalah topografi yang sulit untuk diakses bukan baru-baru ini saja menjadi perhatian. Pemerintah Pusat sejak era orde baru sudah memahami dan terus berupaya membuka isolasi Bengkulu.
Bahkan, pada memori serah terima jabatan Gubernur Bengkulu pada 1989, Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam buku berjudul "10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu", pemerintah pusat dan daerah berusaha membuka isolasi provinsi berjuluk Bumi Merah Putih Itu.
Bengkulu yang wilayahnya dikelilingi oleh jajaran Bukit Barisan telah diupayakan dibuka dengan pembangunan Tol Bengkulu-Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan. Tetapi, tol tersebut baru terealisasi satu dari tiga seksi yang direncanakan, baru 17 kilometer dan 95,8 kilometer yang direncanakan, sehingga Bengkulu benar-benar belum bisa merasakan akses yang baik koneksinya ke lintas tengah Pulau Sumatera, ke Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat dan Lampung.
Permasalahan Bengkulu tidak hanya sampai di situ. Provinsi tempat pengasingan Bung Karno itu juga mengalami permasalahan akses transportasi laut karena permasalahan Pelabuhan Pulau Baai yang tak kunjung membaik bertahun-tahun. Kolam pelabuhan jebol oleh gelombang laut Samudera Hindia. Alur juga mengalami pendangkalan. Pada akhir Maret 2025 lalu semua aktivitas keluar masuk pelabuhan terhenti karena alur sudah tersumbat pasir.
Kekuatan ekonomi baru
Meskipun situasi Provinsi Bengkulu tidak mudah, tapi Gubernur Bengkulu Helmi Hasan bertekad menjadikankan provinsi itu sebagai kekuatan baru ekonomi di Pulau Sumatera.
Provinsi Bengkulu kini serius merevitalisasi Pelabuhan Pulau Baai. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan alami yang terbentuk di perairan laut, bukan pelabuhan sungai. Pelabuhan Pulau Baai terletak di jalur tol laut pesisir barat Sumatera, menghadap langsung ke Samudera Hindia, memiliki pelayaran langsung ke Asia Selatan, Timur Tengah yang juga tembus ke Eropa.
Dengan demikian, dapat menjadi alternatif yang lebih efisien dibandingkan dengan pesisir timur Pulau Sumatera yang relatif lebih tinggi karena kapal harus memutari Selat Malaka untuk menuju Asia Selatan, Timur Tengah hingga ke Eropa. Sebagian besar daerah di Sumatera tentu akan melirik Pelabuhan Pulau Baai menjadi pintu keluar masuk ekspor dan impor yang lebih efisien dan berbiaya operasional lebih rendah.
"Persoalan alur dan dermaga itu menjadi catatan penting. Maka harus kita revitalisasi dan itu sudah direspons. Pelindo akan menyiapkan dana Rp1 triliun untuk revitalisasi. Lamanya kurang lebih 2-3 tahun," kata Helmi. Penyelesaian masalah Pelabuhan Pulau Baai juga akan diikuti dengan membuka isolasi transportasi darat Bumi Merah Putih menuju 4 provinsi tetangga.
Dengan terbukanya isolasi melalui revitalisasi infrastruktur transportasi tersebut, Pemprov Bengkulu juga bisa mengembangkan industri, pertanian, UMKM dan investasi, sehingga bisa saling mengakselerasi dalam pertumbuhan ekonomi, kinerja ekspor dan pariwisata Bengkulu. Keterlambatan pertumbuhan salah satu sektor juga akan menahan laju pertumbuhan yang lainnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Bengkulu berkolaborasi dengan dunia penelitian dan pengembangan teknologi, mengajak civitas akademika menyiapkan pertanian yang berkualitas agar menjadi komoditas ekspor daerah. Fokus lainnya, hilirisasi produk unggulan daerah dengan membangun industri baru, mendorong UMKM menjadi penyedia produk berkualitas ekspor, dan membuka peluang-peluang investasi.
Kolaborasi juga dibangun dengan berbagai pihak, seperti dengan Bank Indonesia guna merumuskan arah perekonomian daerah, serta menyiapkan daerah agar lebih dapat menerima investasi maupun meningkatkan peran UMKM sebagai penyokong ekonomi daerah.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu Wahyu Yuwana menyebutkan sumber ekonomi baru dapat dikembangkan dari sektor investasi, dengan menarik para investor berinvestasi di Bengkulu. Bank Indonesia ikut mengundang investor nasional bahkan asing datang ke Provinsi Bengkulu agar potensi investasi daerah dapat dilihat secara langsung oleh para investor.
Semakin banyak investasi yang tumbuh di Bengkulu, akan mengakselerasi sektor lainnya seperti ekspor, industri, transportasi, properti, makanan, minuman, kuliner dan restoran, lapangan kerja, konsumsi bahkan sektor pariwisata.
Untuk menarik minat investor ke Bengkulu, Bank Indonesia telah mengkurasi berbagai potensi daerah di Bengkulu untuk sehingga investor mendapatkan informasi dan detail-detail destinasi investasi di Bengkulu. Bank Indonesia terus membina usaha mikro, kecil dan menengah pula agar mereka memiliki produk berkualitas baik dari sisi produknya, pengemasan menarik, dan juga promosinya.
Beberapa produk binaan Bank Indonesia kini telah menjangkau pasar global dan nasional, seperti kopi Bengkulu yang mulai diekspor dan juga gula aren bubuk yang kini memasok sejumlah hotel besar di Indonesia.
Pengamat Kebijakan Publik dan Ekonomi Dr Anzori Tawakal menambahkan bahwa pemerintah di Provinsi Bengkulu baik provinsi, kabupaten dan kota harus cermat melihat peluang program-program prioritas Pemerintah Pusat yang dapat diaplikasikan di Bengkulu.
Apalagi pemerintah kini sedang menerapkan kebijakan efisiensi anggaran sehingga tidak mudah untuk membuat program sendiri tanpa sejalan dengan Pemerintah Pusat. Program Asta Cita Presiden Prabowo yang bisa diakselerasi bahkan sejalan dengan kondisi Bengkulu saat ini seperti peningkatan infrastruktur.
Revitalisasi Pelabuhan Pulau Baai, serta akses tol dan kereta api begitu penting untuk Bengkulu. Pemerintah Provinsi Bengkulu harus bisa meyakinkan Pemerintah Pusat seberapa pentingnya Bengkulu dalam menyokong perekonomian nasional dengan pembangunan tersebut.
Hal lainnya, hilirisasi produk unggulan daerah dan ketahanan pangan yang masuk dalam prioritas Pemerintahan Prabowo, perlu ditangkap Bengkulu sebagai provinsi yang ekonominya mayoritas ditopang sektor pertanian.
Dengan memetakan strategi-strategi tersebut dan menjalankannya secara cermat, diharapkan Provinsi Bengkulu dapat meningkatkan kekuatan perekonomiannya dan pada gilirannya bisa menjadi salah satu kekuatan ekonomi di Sumatera.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025