Menggali makna di balik monolog Gibran

4 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Sejak dilantik sebagai wakil presiden pada 20 Oktober 2024, Gibran Rakabuming Raka lebih sering tampil “di balik layar”, menjalankan tugas-tugas administratif dan kunjungan lapangan, ketimbang berpidato atau menyampaikan gagasan di muka publik.

Selama kurang lebih enam bulan, aktivitas harian Gibran lebih banyak dihabiskan untuk meninjau pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), mendatangi lokasi musibah, memastikan pelaksanaan Cek Kesehatan Gratis (CKG), maupun hadir ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan teknologi kecerdasan artifisial (AI).

Meskipun aktivitasnya sejalan dengan program-program prioritas Presiden Prabowo Subianto, gaya komunikasi Gibran dinilai minim "suara”.

Dalam perkembangannnya, pola komunikasi Gibran berubah pada pekan-pekan terakhir. Ia tiba-tiba aktif mengunggah video monolog di platform media sosial YouTube melalui akun (@GibranTV).

Langkah ini memantik perbincangan publik tentang perubahan strategi komunikasi wakil presiden termuda dalam sejarah Indonesia tersebut.

Lewat format video monolog berdurasi antara lima hingga enam menit, pria 37 tahun itu berbicara langsung di hadapan kamera, tanpa moderator maupun lawan bicara.

Gibran mencoba menyajikan komunikasi baru yang lebih personal, terstruktur, dan seolah mendobrak ketertutupan gaya penyampaian pesannya selama ini.

Video pertama monolog Gibran diunggah pada 19 April 2025. Dalam video berdurasi 6 menit 20 detik itu Gibran berbicara tentang puncak bonus demografi di Indonesia pada 2030 dengan 208 juta angkatan kerja produktif. Gibran meminta masyarakat untuk adaptif, terus meningkatkan kemampuan, dan berani mengambil peluang global.

Tiga hari setelahnya, Gibran mengunggah video monolog kedua yang mengangkat tema prestasi Timnas U-17 menembus Piala Dunia U-17 2025 di Qatar. Dalam video 5 menit 11 detik itu, Gibran menyemangati generasi muda agar memiliki "mental baja" dan tidak takut menghadapi tantangan.

Paling anyar, Gibran mengangkat tema hilirisasi yang dibagi dalam dua video, masing-masing diunggah pada 25 dan 20 April. Dalam video itu, Gibran menjelaskan bagaimana hilirisasi, -mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tambah, bisa menjadi pendongkrak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Seiring kemunculan video-video monolognya, muncul sebuah pertanyaan besar, apa sebenarnya tujuan Gibran?


Sasar generasi muda

Sebagai wakil presiden termuda dalam sejarah bangsa, Gibran memang menunjukkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Tidak seperti pejabat pada umumnya yang cenderung formal, Gibran justru aktif mendekatkan diri dengan generasi muda melalui cara-cara yang kreatif dan kekinian.

Dirinya kerap membuat konten video pendek di Instagram maupun TikTok dengan gaya nyeleneh dan santai, namun tetap diselingi pesan-pesan motivasi untuk anak muda. Konten-konten seperti ini langsung viral dan mendapat ribuan komentar dari warganet, terutama kalangan Gen Z.

Selain aktif di media sosial, Gibran juga gencar melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dan kampus untuk memperkenalkan teknologi kecerdasan artifisial (AI).

Berkaca dari hal tersebut, dapat dimaknai bahwa Gibran memang membangun kedekatan seorang pemimpin muda yang akrab dengan dunia digital.

Dengan memilih platform, seperti YouTube, Instagram, maupun TikTok, dia sengaja menargetkan audiens yang selama ini mungkin kurang tersentuh oleh komunikasi politik konvensional.

Video monolog Gibran yang mengangkat isu soal angkatan muda produktif maupun prestasi timnas sepak bola muda, menunjukkan upayanya membangun kedekatan emosional dengan generasi muda, segmen audiens yang selama ini memang menjadi sasaran utamanya.

Ada juga kemungkinan bahwa Gibran sedang mencoba mengisi ruang kosong dalam komunikasi pemerintahan saat ini. Presiden Prabowo dikenal dengan gaya komunikasi yang tegas dan terkadang blak-blakan, sementara dia hadir dengan pendekatan lebih kalem, santai, namun tetap berbasis data.

Dua gaya yang berbeda ini bisa saling melengkapi. Prabowo menarik untuk kalangan profesional, sementara Gibran menyasar demografi yang mungkin kurang terpikat oleh gaya politik konvensional.

Dengan kata lain, monolog-monolog ini bisa menjadi cara Gibran untuk memperluas basis dukungan ke kalangan yang selama ini apolitis atau skeptis terhadap pemerintah.


Jernihkan informasi

Hadirnya video-video monolog Gibran bukan sekadar perubahan strategi komunikasi, tetapi juga menjadi upaya konkret dalam memastikan masyarakat menerima informasi yang transparan, terstruktur, dan langsung dari sumber resmi.

Dengan menjelaskan isu-isu kompleks, seperti bonus demografi, prestasi generasi muda, hingga hilirisasi ekonomi melalui platform digital, Gibran memangkas risiko distorsi informasi yang kerap terjadi.

Pemilihan format monolog tanpa moderator memungkinkan pesan-pesan kebijakan pemerintah disampaikan secara utuh, tanpa potongan atau interpretasi pihak ketiga.

Hal ini penting dalam konteks era digital, di mana hoaks, misinformasi, dan disinformasi semakin marak. Dengan berbicara langsung, Gibran memberikan ruang bagi publik untuk mendengar penjelasan kebijakan pemerintah secara lengkap, disertai data dan argumen yang sistematis.

Di tengah banjirnya informasi yang tidak terverifikasi, kehadiran konten terstruktur dari sumber resmi, dalam hal ini pemerintah, menjadi oase yang dibutuhkan masyarakat.

Langkah ini dapat menjadi tameng bagi masyarakat dari paparan hoaks dan narasi manipulatif. Gibran, dengan memanfaatkan platform yang akrab bagi generasi muda, mencoba menciptakan ruang dialog yang inklusif.

Jika konsisten, pola komunikasi seperti ini dapat menjadi fondasi bagi tata kelola pemerintahan yang lebih transparan, sekaligus menginspirasi pejabat negara lainnya untuk lebih kreatif dalam menyampaikan kebijakan.

Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |