Mengenal punggahan: Tradisi Islam Nusantara untuk sambut Ramadhan

1 week ago 7

Jakarta (ANTARA) - Menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah, umat Muslim di berbagai penjuru Nusantara biasanya menjalankan tradisi unik yang sarat makna. Salah satu tradisi tersebut dikenal dengan sebutan punggahan atau munggahan

Tradisi ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat silaturahmi, membersihkan hati, dan mempersiapkan diri secara spiritual menghadapi bulan penuh berkah. Dalam budaya Islam Nusantara, punggahan sering diisi dengan kegiatan seperti doa bersama, ziarah makam, hingga makan bersama keluarga dan kerabat.

Lantas apa itu punggahan dan apa tujuannya? Simak penjelasannya berikut ini, melansir berbagai sumber.

Baca juga: Merawat peluang usaha dari tradisi berbagi bingkisan jelang Lebaran

Mengenal tradisi punggahan atau munggahan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah "munggah" merujuk pada hari terakhir bulan Ruwah, yakni sehari sebelum dimulainya puasa Ramadhan.

Sementara itu, "munggahan" diartikan sebagai tradisi berkumpul dan makan bersama dengan keluarga atau kerabat untuk menyambut bulan Ramadhan. Pemaknaan tradisi munggahan atau punggahan bisa berbeda di setiap daerah.

Berdasarkan keterangan dari lampung.nu.or.id, istilah "munggahan" dalam bahasa Jawa berarti "naik." Maknanya, tradisi ini menggambarkan proses menaikkan puasa atau peralihan dari bulan Sya'ban menuju bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan.

Perpindahan ke bulan suci ini menunjukkan bahwa Ramadhan menjadi puncak dari dua bulan sebelumnya yang juga istimewa, yaitu Rajab dan Sya'ban. Ada juga yang memaknainya sebagai momen untuk meningkatkan keimanan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Namun, secara umum, Punggahan merupakan tradisi masyarakat untuk menyambut datangnya bulan suci dengan berdoa kepada Allah.

Baca juga: 10 tradisi unik sambut Ramadhan di berbagai wilayah Indonesia

Tujuan tradisi punggahan

Punggahan bertujuan untuk mengingatkan umat Islam bahwa bulan suci Ramadhan yang penuh berkah akan segera tiba, sehingga mereka dapat menyambutnya dengan keimanan yang lebih kokoh, baik secara lahir maupun batin.

Selain itu, Punggahan juga menjadi bentuk rasa syukur kepada Allah, sarana untuk mempererat silaturahmi dengan sesama, serta momen untuk mengirimkan doa kepada mereka yang telah berpulang. Dalam tradisinya, Punggahan biasanya dilakukan dengan mengadakan makan bersama keluarga, kerabat, dan tetangga sebagai persiapan menyambut Ramadhan.

Lokasi punggahan

Pelaksanaan tradisi punggahan biasanya dilakukan di masjid, musala, atau di rumah salah satu warga. Kegiatannya meliputi pembacaan tahlil dan doa bersama. Jika dilaksanakan di masjid, masyarakat umumnya membawa makanan dari rumah masing-masing. Namun, apabila diadakan di rumah warga, hidangan biasanya disiapkan oleh tuan rumah.

Makanan yang terkumpul tersebut kemudian didoakan bersama sebagai bentuk rasa syukur atas kedatangan bulan suci Ramadhan. Setelah doa selesai, seluruh peserta akan menikmati hidangan yang telah disiapkan. Tradisi ini tidak hanya menjadi sarana mempererat silaturahmi, tetapi juga wujud sedekah dan rasa syukur menyambut Ramadhan.

Hingga kini, Punggahan masih dilestarikan oleh umat Islam di berbagai wilayah Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Meskipun setiap daerah kemungkinan memiliki cara pelaksanaan yang berbeda, inti dari tradisi ini tetap sama, yaitu memanjatkan doa agar ibadah selama bulan suci Ramadhan berjalan lancar.

Baca juga: Dokter: Asupan gula tinggi bisa peningkatan berisko gangguan mental

Baca juga: Trigol Alex Martins warnai kemenangan Dewa United atas PSM Makassar

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |