Kupang (ANTARA) - Menteri Pendidikan Tinggi,Sains,dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengajak para dosen di Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk tidak saja menjadi dosen tetapi peneliti.
"Kalau bisa foto-foto yang dipajang di dinding gedung rektorat tidak hanya foto rektor-rektor, tetapi juga foto peneliti-peneliti yang tembus dua persen misalnya," kata Mendiktisaintek Brian Yuliarto saat melakukan kunjungan kerja ke Undana Kupang, Kamis.
Hal ini disampaikan saat melakukan kunjungan kerjanya ke Undana Kupang sebagai bagian dari rangkaian kunjungan kerjanya di Pulau Timor, NTT.
Baca juga: Wamendiktisaintek imbau peneliti gunakan dana riset secara optimal
Menurut dia, jika banyak dosen yang banyak melakukan penelitian, maka menjadi salah satu indikator bahwa budaya ilmiah itu ada di kampus tertua di NTT itu.
Penelitian bisa saja dalam bentuk riset, budaya mengajar diskusi akademik, sehingga budaya tersebut tetap mengakar di tengah kampus.
Mendiktisaintek menceritakan tentang seorang dosen yang kekayaannya sudah mencapai Rp12 triliun, hasil dari meneliti dan menghasilkan vaksin.
"Perusahaan farmasi yang membeli vaksinnya itu lalu membayar dia setiap tahun dan itu merupakan pemasukan dari hasil penelitiannya," ujar Mendiktisaintek Brian.
Baca juga: Dosen FKUI kembangkan kecerdasan buatan untuk terapi stroke
Dia berharap agar ada dosen-dosen dari Undana yang bisa menjadi peneliti juga, sehingga selain dikenal, juga bisa menambah pemasukan.
Mendiktisaintek menambahkan dirinya juga setiap bulan mendapatkan bayaran dari salah satu perusahaan farmasi sebesar Rp70 juta dari hasil penelitian.
"Jadi perusahaan itu membayar Rp100 juta ke universitas lalu, universitas memberikan kepada saya Rp70 juta, sisanya buat universitas," ujar Mendiktisaintek Brian Yuliarto .
Menurut dia, jika sebuah universitas memiliki banyak peneliti, maka sudah pasti nama universitas itu akan semakin dikenal.
Baca juga: Undana jajaki kemitraan dengan universitas di Rusia dan Belarus
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025