Mendikdasmen ungkap bahaya generasi stroberi-barcode di era disrupsi 

1 week ago 6

Denpasar (ANTARA) - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti mengungkap bahaya munculnya generasi stroberi dan barcode yang perlu diwaspadai di era disrupsi.

Dalam pidatonya saat membuka Denpasar Education Festival 2025 di Gedung Dharma Negara Alaya Denpasar, Kamis, Mendikdasmen menjelaskan tantangan pendidikan sekarang dan masa depan tidak lah ringan.

Dia menjelaskan era disrupsi yang ditandai dengan adanya perubahan sangat cepat di berbagai sektor, termasuk pendidikan yang memunculkan fenomena generasi stroberi.

Baca juga: Mendukbangga: Kehadiran ayah dalam pengasuhan cegah generasi stroberi

Menurutnya, generasi stroberi menggambarkan anak-anak muda yang dinilai lemah dan rapuh secara mental dan tidak memiliki daya tahan menghadapi tantangan hidup.

“Fenomena generasi stroberi yang kalau kita coba artikan generasi yang secara mental mereka ini sangat lemah, mereka ini tidak cukup memiliki daya tahan,” katanya.

Tak hanya itu, di beberapa kota besar di Indonesia muncul juga gejala yang biasa disebut dengan istilah generasi barcode.

Generasi barcode, menurutnya, sangat rentan secara emosional. Bahkan, ketika mengalami masalah kecil dalam hidupnya, mereka bisa mengalami gangguan psikologis yang ekstrem.

“Mereka mengalami guncangan psikologis yang tidak bisa kita bayangkan responsnya seperti apa, mereka kadang melukai dirinya sendiri,” katanya.

Mu'ti juga menyoroti ketimpangan sosial budaya yang mempengaruhi pola pikir antar-generasi.

Kontradiksi nilai dan cara pandang antara orang tua dan anak bisa menjadi akar dari sejumlah persoalan dalam pola asuh dan pendidikan masa kini.

“Banyak orang tua yang masih memiliki pola pikir lama, sementara anak-anak kita tidak lagi menggunakan cara-cara seperti itu,” kata Mu’ti.

Baca juga: UIKA: Pendekatan HOTS dapat mendidik generasi stroberi

Baca juga: Mengafirmasi Gen Stroberi dalam produksi film nasional

Mendikdasmen menegaskan sistem pendidikan harus dirancang untuk memperkuat aspek mental, spiritual, intelektual, dan moral agar anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, mampu beradaptasi dengan perubahan, dan bertahan menghadapi tekanan hidup.

Karena itu, Mu'ti mengapresiasi Pemerintah Kota Denpasar yang menyelenggarakan Denpasar Education Festival sebagai ajang pertunjukan kreativitas dan kolaborasi pelajar.

"Denpasar Education Festival ini sarana untuk tidak menunjukkan bagaimana kolaborasi itu terjadi, tetapi juga menjadi ajang dimana anak-anak kita memiliki ruang untuk berekspresi, berkreasi," katanya.

Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |