Jakarta (ANTARA) - Matcha atau bubuk teh hijau premium dari Jepang saat ini memang menjadi salah satu dari sekian banyak hal yang digandrungi oleh masyarakat.
Dari kalangan muda sampai tua, setidaknya pernah mencoba matcha. Namun sebagai pemula, anda pasti penasaran, bagaimana cara menikmati matcha tanpa harus merasa tertinggal oleh tren?
Jawabannya, Anda bisa mencoba sebuah konsep estetika dari Jepang yang berakar pada Zen Buddhism dan disebut sebagai konsep "wabi-sabi".
Konsep ini menonjolkan ketidaksempurnaan atau kesederhanaan dari suatu hal. Pada pembuatan matcha, wabi-sabi mengajarkan tidak ada yang salah, tidak ada yang benar.
Wabi-sabi mengajarkan matcha yang enak adalah yang bisa membuat kita senang.
Jika anda tertarik untuk mencoba konsep ini, anda bisa mengunjungi Chontea.co yang ada di lantai 5 Plaza Senayan, Jakarta. Setelah membuka banyak cabang di Bali, kedai omakase ini memilih Jakarta sebagai tempat berlabuh berikutnya.
Meracik matcha di tempat ini secara ajaib bisa memberikan rasa "healing" bagi anda yang penat akan hiruk pikuk Kota Jakarta. Suasananya sangat tenang, intim yang membuat waktu seakan amat cepat berlalu.

Ruangannya tidak begitu besar dan didominasi oleh banyak warna hitam. Banyak ornamen-ornamen otentik ala Jepang seperti rak bertingkat yang dibingkai kaca, jalan setapak yang dilengkapi bebatuan yang mempercantik dekorasi.
Di dalam ruangan ini ANTARA berkesempatan untuk mencoba pengalaman meracik matca yang dipandu langsung oleh barista server.
Terdapat ragam alat yang digunakan untuk meraciknya. Peralatan itu terdiri dari whisk yang terbuat dari bambu (chasen), kain putih kecil yang sudah dibasahi oleh air (chakin), sendok bambu (chashaku), gelas teh (chawan), kain sutera (fukusa),wadah penyimpanan matcha (natsume), sendok panjang dari bambu (hishaku) dan ketel besi (chagama).
Pengalaman pertama yang bisa didapatkan adalah menyusun semua alat tersebut sesuai dengan aturan paling dasar yang sudah diterapkan sejak dulu oleh masyarakat Jepang.
Peletakan alat-alat harus sesuai dengan jarum jam. Misalnya, whisk bambu harus diletakkan searah jam 1, kain putih kecil pada arah jam 3, sendok bambu di jam 4, kain sutera di jam 9 dan wadah matca di jam 11.
Khusus untuk whisk bambu, perlu anda perhatikan bahwa terdapat tali yang dianggap sabuk. Pastikan bahwa tali sabuk selalu menghadap ke arah anda dalam posisi tegak berdiri.
Setelahnya, kita akan mulai membuka tutup ketel besi menggunakan kain sutera yang telah disediakan. Menariknya, warna kain bagi tiap pengunjung akan dibedakan.
Pengunjung perempuan akan mendapatkan warna merah atau oranye, sedangkan laki-laki berwarna ungu. Menurut Barista Server Chontea.co Jakarta, Fikar, aturan ini sudah berlaku sejak dulu di Jepang.
Usai tutup ketel dibuka, ambil air panas di dalamnya dengan menggunakan sendok bambu panjang secara hati-hati. Tuang air ke dalam gelas dan bersihkan bagian dalamnya menggunakan whisk.
Buang air panas ke dalam wadah yang sudah disediakan dan lap bagian dalam gelas dengan menggunakan kain putih agar jauh lebih bersih.
Tahap berikutnya masukkan bubuk matcha dengan menggunakan sendok bambu kecil. Anda boleh bebas memasukkan takaran matcha sesuai dengan keinginan.
Namun, pihak restoran sudah membatasi masing-masing orang mendapatkan 3 gram bubuk matcha. Di sesi kali ini, ANTARA berkesempatan memakai kultivar matcha jenis Uji Hikari yang masuk ke dalam heritage grade, dan memberikan hasil akhir yang lebih creamy. Kultivar atau varietas ini hanya bisa tumbuh di wilayah Shirakawa, Jepang.
Tuang kembali air panas dengan takaran setengah bagi yang ingin mendapatkan hasil lebih kental dengan rasa yang kuat. Sementara bagi yang ingin hasil akhirnya lebih lembut, dapat menuang air sampai penuh.
Pada proses berikutnya, kita akan diajak untuk mengaduk bubuk matcha yang sudah dituang air panas itu setidaknya selama satu menit menggunakan whisk.

Bagi anda yang memiliki sifat tidak sabaran, dimohon untuk menahan diri karena proses ini akan sedikit memakan tenaga.
Selama 30 detik anda akan diajak memegang gelas dengan tangan kiri, dan mengocok whisk dengan tangan kanan. Teknik mengocoknya harus membentuk huruf M atau Z untuk membuat tekstur jadi makro atau pekat.
Pastikan whisk diletakkan menyentuh dasar gelas dan mengocoknya dengan cepat. 30 detik kemudian, barulah angkat whisk dekat ke permukaan dan kocok kembali untuk memecah tekstur pekat tadi jadi lebih lembut atau mikro.
Letakkan whisk ke tempat semula dan anda dapat mulai menikmati matcha buatan sendiri.
Sebenarnya tidak ada cara khusus untuk meminum matcha dari gelas. Tapi barista server akan menyarankan anda untuk memegang gelas dengan menggunakan tangan kiri, dan tangan kanan memegang bagian bawah gelas.
Sedikit catatan, mungkin bagi sebagian orang rasa matcha akan sedikit pahit, sehingga anda perlu meminta hidangan penutup (dessert) yang dapat mengubah rasa pahit itu jauh lebih seimbang.
Salah satu yang sudah ANTARA coba adalah hidangan bernama Wagashi Nerikiri, sebuah manisan tradisional yang bentuknya sangat artistik hingga rasanya sayang untuk dimakan.

Menurut Fikar, bentuk dari hidangan ini akan berubah-ubah sesuai musim di Jepang. Saat ini, bentuknya menyerupai bunga peony berwarna merah muda yang sedang mekar di musim semi, lengkap dengan satu daun berwarna hijau.
Isiannya begitu lezat karena memadukan buah stroberi dan keju. Teksturnya amat lembut dan sedikit kenyal, namun tingkat kekenyalannya tidak padat seperti mochi.
Cara menikmatinya pun cukup mudah. Dengan menggunakan pisau kecil dari kayu potonglah Wagashi Nerikiri menjadi empat bagian. Makanlah perlahan sambil meminum matcha dengan gaya yang nyaman.
Pengalaman ini tidak hanya menampilkan betapa begitu detailnya budaya Jepang menghargai sesuatu, tetapi juga mengajarkan kita sebagai manusia untuk selalu mengingat bahwa tidak ada satu pun hal di dunia ini yang sempurna.
Tapi ketidaksempurnaan itu terkadang bisa mengajak kita untuk menikmati kehidupan dengan sudut pandang diri kita sendiri.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.