Menbud sampaikan empat poin penting pelestarian situs Leang-Leang

2 months ago 24

Jakarta (ANTARA) - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebutkan empat poin penting yang menjadi pembahasan untuk melestarikan salah satu situs tertua di dunia Leang-Leang yang ada di Sulawesi Selatan.

Di antaranya Menbud menyoroti nilai penting dan universal Leang-Leang, dan mendorong narasi global untuk memposisikan kawasan ini sebagai “kapsul waktu” abadi dalam merancang pondasi peradaban pertama.

“Dinding Gua Leang-Leang bukan sekadar formasi batuan biasa, melainkan kanvas monumental tempat manusia modern pertama kali mengekspresikan pemikiran artistiknya,” kata Fadli dalam keterangan pers yang diterima, Jumat.

Baca juga: Menteri Kebudayaan sebut tulisan purba Leang-Leang masuk Buku Sejarah

Poin kedua, Fadli menilai pelestarian konvensional saja tidak cukup untuk menjawab tantangan zaman, maka itu diperlukan pendekatan baru terhadap pelestarian, yaitu reinventing warisan, lebih dari sekadar konservasi.

Ia menjelaskan bahwa proses reinventing ini dapat dilakukan melalui tiga strategi, seperti reprogramming dengan mentransmutasikan legenda manusia 51.000 tahun lalu menjadi pengalaman imersif, misalnya melalui produksi film animasi 4D berteknologi mutakhir.

Lalu, redesigning, yakni menjadikan gua sebagai “laboratorium hidup” yang menghidupkan masa lalu. Terakhir, reinvigorating lewat program residensi dan pertukaran peneliti.

Baca juga: Festival Gau’ Maraja Leang-Leang momentum kenalkan warisan budaya

Ketiga, Menbud Fadli Zon menekankan bahwa warisan budaya memiliki peran strategis sebagai pengungkit ekonomi masyarakat lokal. Ia menyampaikan bahwa pelestarian budaya harus terintegrasi dengan penguatan ekonomi dan perlindungan lingkungan.

“Visi besar kita harus berdiri di atas tiga pilar yaitu pelestarian, pemberdayaan ekonomi lokal, dan tanggung jawab ekologis,” katanya.

Ia juga mengangkat pentingnya pengembangan green tourism, pemanfaatan teknologi untuk pengalaman edukatif, serta pendekatan adaptive reuse, seperti penyelenggaraan konferensi dan kegiatan ilmiah langsung di sekitar situs.

Baca juga: Pj Gubernur ajak semua pihak jaga kelestarian situs Leang Leang Maros

Keempat yang menurut Fadli penting adalah kolaborasi holistik lintas sektor dan lintas budaya. Ia mendorong pelibatan aktif komunitas lokal, pelatihan pemandu sebagai duta budaya, serta penguatan jejaring riset bersama lembaga, seperti BRIN dan universitas internasional.

Ia menekankan bahwa untuk mencapai status Warisan Dunia UNESCO, dibutuhkan riset multidisiplin, pembentukan tim nominasi yang terstruktur, serta strategi holistik dengan dampak berkelanjutan bagi masyarakat dan wilayah sekitar.

“Leang-Leang bukan hanya jendela untuk melihat kembali masa lalu manusia, melainkan juga merupakan teropong canggih yang mengarahkan pandangan kita menuju masa depan berkelanjutan,” pungkas Fadli.

Ia mengajak seluruh masyarakat, khususnya akademisi dan generasi muda untuk menjadikan kebudayaan Indonesia bukan sekadar warisan yang dilestarikan, tetapi kekuatan dinamis yang berkembang melalui inovasi dan kolaborasi.

Baca juga: Menteri Kebudayaan resmikan Leang-Leang Archaeological Park Maros

Baca juga: DNA kerangka manusia purba modern berusia 7.200 tahun diteliti

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |