Memperkuat industri baja sebagai urat nadi pertahanan

12 hours ago 5

Jakarta (ANTARA) - Baja merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam pembuatan berbagai peralatan militer seperti rudal, pesawat jet, kapal selam, helikopter, hingga amunisi. Pelat baja banyak digunakan dalam pembuatan badan dan sistem propulsi (penggerak) bagi armada angkatan laut.

Industri baja dunia dipegang oleh China, yang memproduksi lebih dari setengah dari total produksi baja dunia, disusul India, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Rusia. Telihat korelasi erat bahwasannya negara-negara tersebut memiliki alat utama sistem pertahanan yang lengkap hingga disegani negara-negara lain.

Dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, tentu saja harus didukung alat utama sistem senjata yang mumpuni. Untuk keperluan itu, tentunya membutuhkan dukungan industri baja yang memadai.

Di Indonesia, PT Krakatau Steel Tbk masih menjadi tulang punggung industri baja dengan peringkat 15 dari segi produksi dan peringkat empat dari segi ekspor. Tentunya BUMN ini menjadi penyokong industri pertahanan di Tanah Air.

Berbekal dari kemampuan memproduksi baja berkualitas, PT Krakatau Steel juga memasok kebutuhan plat baja kepada PT PAL dan PT Pindad. PT PAL menggunakan pelat baja tersebut untuk membangun kapal komersial dan juga kapal perang. Begitu juga Pindad yang memanfaatkannya untuk pembuatan panser dan kendaraan strategis.

Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Akbar Djohan menyatakan komitmen mendukung pengembangan pertahanan negara yang kuat dan hebat melalui sinergi dan kolaborasi untuk mewujudkan industri strategis yang kuat.

Menurut dia, kekuatan sebuah negara tidak hanya diukur dari luas wilayahnya atau jumlah penduduknya, tetapi juga dari kemandirian industrinya, khususnya industri baja yang produknya dipakai dalam aktivitas kita sehari-hari maupun sebagai pondasi dari segala pembangunan fisik.

Industri baja memberikan kontribusi besar terhadap industri pertahanan seperti pembangunan gedung, jembatan penghubung, bandara udara, pelabuhan, dan sarana pertahanan. Sehingga industri baja sebenarnya menjadi nadi bagi pertahanan nasional.

Tinggal sekarang melihat kembali apakah peta jalan industri baja sudah memiliki infrastruktur pendukung yang modern, efisien, dan berdaya saing tinggi. Tentunya ini berkaitan erat dengan kemampuan industri baja untuk tumbuh dan berkelanjutan dalam menjalankan operasinya.

Baca juga: PT PAL kerja sama pasokan baja untuk kapal dengan Krakatau Steel

Dukungan pertahanan

Mengapa industri baja menjadi strategis. Hal ini karena baja memiliki sifat yang gampang untuk dibentuk dan memiliki daya tahan yang sangat besar. Bandingkan dengan plastik yang bisa dibentuk tetapi untuk daya tahan terhadap benturan tidak sekuat baja.

Baja kerap dibentuk ke dalam wujud flat-rolled panjang, pipa karbon dan produk tabung, kawat dan produk pabrikasi lainnya. Paduan antara karbon dan baja dapat digunakan untuk konstruksi, produk-produk otomotif, mesin, sampai alat-alat berat.

Di samping itu, ada juga baja khusus dengan teknologi tinggi, yang sangat bernilai dan digunakan di lingkungan yang ekstrem yang menuntut kekuatan luar biasa terhadap panas, korosi, dan abrasi seperti digunakan untuk kedirgantaraan dan industri pengolahan kimia.

Semua segmen dari industri baja yang diproduksi di dalam negeri pada akhirnya berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung terhadap industri pertahanan. Tentunya apabila suatu negara tidak memiliki kebijakan manufaktur atau ekonomi berbasis baja tentunya dapat mengancam negara itu sendiri.

Hal ini bisa terjadi karena militer akan kehilangan sumber utamanya dari logam strategis dan negara akan menjadi berbahaya, karena bergantung pada sumber luar negeri yang umumnya tidak dapat diandalkan keberlangsungan pasokannya.

Dengan demikian baja dan logam khusus secara langsung dapat mendukung basis industri pertahanan. Bahan-bahan ini merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aplikasi diversifikasi oleh sektor pertahanan dan dengan demikian, teknologi baja harus selalu ditingkatkan dan diperbaiki.

Di samping itu, pengiriman baja baik secara langsung maupun tidak langsung ke infrastruktur pertahanan sangat diperlukan untuk mewujudkan negara yang mandiri dari segi pertahanan.

Baca juga: Pelaku industri: Daya saing baja nasional perlu dijaga

Dampak luas

Kolaborasi industri baja Tanah Air dengan industri pertahanan tentunya akan memberikan efek berlipat (multiplier effect) bahkan mewujudkan hilirisasi yang menjadi program pemerintah. Tentunya hal ini dapat terwujud apabila tercipta sinergi dan kolaborasi, baik dengan para pelaku industri baja nasional maupun regulator (pemerintah).

Tak hanya itu, penting juga untuk terus berinovasi dan memperbarui teknologi dalam proses produksi agar tercipta ekosistem industri baja yang memang dibutuhkan industri di bawahnya termasuk di dalam hal ini industri pertahanan.

Harus diakui industri baja memainkan peran penting dalam pembangunan nasional. Khusus industri logam, mengalami peningkatan tertinggi dibanding industri lainnya dan berkontribusi 5,9 persen terhadap PDB pada sektor non migas.

Permintaan baja nasional di tahun 2025 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 5,5 persen seiring dengan pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor industri pengguna besi dan baja. Maka industri baja di dalam negeri akan menjadi bagian di dalamnya dan memiliki peran aktif dan strategis.

Dengan adanya geliat pertumbuhan di berbagai sektor seperti sektor konstruksi sebesar 5,48%, pertumbuhan sektor manufaktur 6,4% , pertumbuhan sektor otomotif 17% serta keberlanjutan program infrastruktur pemerintah yang mencapai Rp400 triliun, maka industri baja nasional yang menyuplai kebutuhan dari berbagai sektor tersebut akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Peneliti ingatkan hilirisasi baja perlu perhatikan aspek keberlanjutan

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |