Membaca gen laut untuk menjaga aset ekonomi biru Indonesia

6 hours ago 2

Bogor (ANTARA) - Selat Makassar yang membentang di antara Kalimantan dan Sulawesi tidak hanya berfungsi sebagai jalur utama arus lintas Indonesia, tetapi juga menyimpan potensi ekonomi yang besar bagi masa depan perikanan nasional.

Di bawah arus kuat yang mengalir dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia, tersembunyi kisah ilmiah tentang bagaimana laut membentuk dan menjaga keberlanjutan sumber daya yang menopang mata pencaharian juta masyarakat pesisir Indonesia.

Melalui pendekatan ilmiah, para peneliti kini berupaya memahami hubungan antara faktor oseanografi, genetik, dan tata kelola perikanan.

Salah satu penelitian penting yang memperkuat upaya ini dilakukan oleh Tri Ernawati, peneliti Balai Riset Perikanan Laut (BRPL) Jakarta sekaligus mahasiswa doktoral di Universitas IPB.

Melalui proyek bertajuk Genetic differentiation in populations of two snappers, Lutjanus malabaricus and Pristipomoides multidens, in the Makassar Strait and adjacent waters, Indonesia, dia memetakan struktur genetik dua spesies kakap bernilai ekonomi tinggi yang menjadi komoditas utama ekspor Indonesia.

Penelitian tersebut menjadi tonggak penting dalam penerapan sains untuk mendukung kebijakan ekonomi biru Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Dengan memahami variasi genetik antarpopulasi ikan, pemerintah dapat merumuskan strategi pengelolaan stok yang lebih presisi, adil, dan berkelanjutan — sejalan dengan prinsip pemanfaatan sumber daya laut tanpa mengorbankan keseimbangan ekosistem.

Studi yang dilakukan Tri Ernawati berfokus pada dua spesies utama di perikanan demersal Indonesia, yaitu kakap merah malabar (Lutjanus malabaricus) dan kakap emas (Pristipomoides multidens), yang secara umum dikenal sebagai ikan dasar bernilai tinggi. Kedua spesies ini menjadi andalan nelayan di wilayah Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 713, yang mencakup Selat Makassar, Laut Flores, dan Teluk Bone.

Di wilayah ini, kakap dan kerapu ditangkap dengan berbagai alat tangkap seperti rawai dasar, dropline, perangkap, dan jaring insang. Jenis alat tangkap tersebut merepresentasikan karakter khas perikanan rakyat Indonesia yang padat nelayan dan beroperasi dalam skala kecil hingga menengah. Meski demikian, tekanan penangkapan yang tinggi terhadap spesies bernilai ekonomi besar seperti kakap telah menimbulkan kekhawatiran akan keberlanjutan stoknya dalam jangka panjang.

Untuk itu, diperlukan pemahaman ilmiah tentang apakah populasi kakap di Selat Makassar merupakan satu kesatuan genetik besar, atau justru terbagi ke dalam beberapa subpopulasi yang memiliki karakter berbeda. Pertanyaan inilah yang menjadi dasar dari proyek penelitian doktoral Tri Ernawati di IPB University, yang juga didukung oleh Student Research Grant dari Marine Stewardship Council (MSC) melalui Ocean Stewardship Fund.

Proyek tersebut mengumpulkan lebih dari 350 sampel jaringan ikan kakap dari berbagai titik di WPP 713. Sampel-sampel ini kemudian dianalisis dengan menggunakan penanda genetik DNA mitokondria (mtDNA) untuk mengidentifikasi variasi genetik antarwilayah dan memetakan struktur populasi ikan.

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |