Manis & asam salak Indonesia yang memikat lidah masyarakat China

2 months ago 5

Jakarta (ANTARA) - Rasa manis sedikit asam khas buah salak Indonesia kian populer di kalangan masyarakat China.

Tingginya permintaan buah salak dari negara itu menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan bagi banyak petani salak, khususnya petani salak di Yogyakarta.

Di media sosial China, seperti Xiaohongshu atau RedNote, salak makin populer dengan banyaknya video ulasan yang telah meraih ribuan suka dan komentar.

Salah seorang pemengaruh (influencer) dengan nama akun @sukimao94 yang memiliki pengikut lebih dari 500 ribu orang, sempat mengunggah video ulasan yang menyebut salak sebagai salah satu buah favoritnya karena lezat dan kaya nutrisi. Video itu kemudian meraih hampir 14 ribu suka dan lebih dari seribu komentar yang sebagian besar mengatakan penasaran dengan rasa buah salak.

China sejak lama memang telah mengimpor buah salak dari Indonesia. Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir.

Hal ini terlihat dari volume ekspor ke China selama periode Januari-April 2025 yang meningkat menjadi 571 ton, atau naik 90 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan volume ini, China menjadi negara terbesar kedua tujuan ekspor salak Indonesia setelah Malaysia.

BPS mencatat produksi buah salak Indonesia tahun lalu hampir mencapai 2,1 juta ton, tetapi hanya 4,7 ribu ton di antaranya yang diekspor. ANTARA/Xinhua

Dengan pangsa 26 persen dari total ekspor, China merupakan pasar penting bagi buah salak Indonesia, tidak terkecuali bagi Endang Setyo Murni dan belasan petani lainnya yang tergabung dalam Kelompok Tani Kusuma Mulya di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selain permintaan yang tinggi, Endang menyebut China merupakan pasar yang menguntungkan karena dua alasan utama, yakni ketentuan bahwa buah tidak perlu besar dan matang.

Salak berukuran sedang bisa dikirim ke China dan dihargai lebih tinggi dibandingkan saat dijual di pasar lokal. Selain itu, buah yang dikirim perlu memiliki tingkat kematangan 60 sampai 70 persen. Permintaan ini disebut menguntungkan petani karena produktivitas pohon salak bisa lebih besar dibandingkan jika harus menunggu buah hingga matang sempurna.

"Tidak ada pasar salak yang harganya lebih tinggi selain yang diekspor, baik ke China maupun ke negara lainnya," ujar perempuan yang juga merupakan Ketua Komunitas Perlindungan Indikasi Geografis (KPIG) Salak Pondoh Sleman tersebut saat dihubungi Xinhua belum lama ini.

Pohon salak, khususnya varietas salak pondoh yang banyak diekspor ke China, cenderung berbuah sepanjang tahun tetapi produktivitasnya akan menurun pada periode Mei-Juli. Karena itu, Endang mengatakan permintaan dari China yang sangat tinggi sering kali tidak bisa terpenuhi seluruhnya karena keterbatasan hasil panen.

BPS mencatat produksi buah salak Indonesia tahun lalu hampir mencapai 2,1 juta ton, tetapi hanya 4,7 ribu ton di antaranya yang diekspor. ANTARA/Xinhua


Lonjakan pengiriman buah salak ke China pada awal tahun ini juga berkaitan dengan pembukaan kembali akses ekspor pada Desember 2024 setelah beberapa bulan dibekukan akibat temuan lalat buah. Notifikasi dari otoritas China ini mendorong Badan Karantina Indonesia (Barantin) dan sejumlah otoritas lokal untuk meningkatkan pengawasan dan kualitas buah yang akan diekspor.

Selain permintaan yang tinggi, Endang menyebut China merupakan pasar yang menguntungkan karena dua alasan utama, yakni ketentuan bahwa buah tidak perlu besar dan matang.

Salak berukuran sedang bisa dikirim ke China dan dihargai lebih tinggi dibandingkan saat dijual di pasar lokal. Selain itu, buah yang dikirim perlu memiliki tingkat kematangan 60 sampai 70 persen.

Permintaan ini disebut menguntungkan petani karena produktivitas pohon salak bisa lebih besar dibandingkan jika harus menunggu buah hingga matang sempurna.

Sebagai buah tropis, salak memang sulit untuk tumbuh di daratan China. Sebaliknya, salak tumbuh subur di wilayah Indonesia. Salah satu daerah yang populer untuk perkebunan salak adalah Yogyakarta. BPS mencatat produksi buah salak Indonesia tahun lalu hampir mencapai 2,1 juta ton, tetapi hanya 4,7 ribu ton di antaranya yang diekspor.

BPS mencatat produksi buah salak Indonesia tahun lalu hampir mencapai 2,1 juta ton, tetapi hanya 4,7 ribu ton di antaranya yang diekspor. ANTARA/Xinhua

Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |