Majelis Umum PBB resmi tutup debat umum Sesi Ke-80

1 hour ago 2

PBB (ANTARA) - Debat Umum sesi ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations General Assembly/UNGA) berakhir pada Senin (29/9).

Dalam pidato penutupnya, Presiden Majelis Umum PBB Annalena Baerbock mengatakan bahwa 189 negara anggota PBB menyampaikan pidato dalam Debat Umum, termasuk pidato dari 124 kepala negara dan pemerintahan.

"Pada awal pekan ini, kita menyebut PBB sebagai rumah diplomasi dan dialog, yang berada di persimpangan jalan, tempat kita berkumpul untuk membahas isu-isu sulit di masa yang penuh tantangan. Jika pekan tingkat tinggi ini menjadi indikasi, rumah ini memenuhi tujuannya: PBB masih relevan," kata Baerbock.

Dia mengatakan bahwa selama sepekan, ada momen-momen penuh energi tinggi di mana negara-negara anggota merasakan tekad kolektif untuk berbuat lebih baik, untuk mencapai target lebih tinggi, dan untuk memilih jalan yang benar di persimpangan.

"Debat Umum pekan ini, dengan partisipasi yang kuat dan kata-kata yang penuh semangat, menunjukkan bahwa kita mampu menemukan kekuatan untuk mengangkat kepemimpinan bersama kita, menemukan solusi kolektif, dan memilih jalan yang benar di persimpangan jalan. Mari kita terinspirasi oleh warisan masa lalu kita, dan berani untuk masa depan yang lebih baik yang dengan bersama-sama akan lebih baik. Tanpa rasa takut. Tak tergoyahkan. Bersatu," katanya.

Sidang tahun ini bertepatan dengan peringatan 80 tahun berdirinya PBB. Pekan Tingkat Tinggi memberikan kesempatan bagi para pemimpin dunia untuk mengevaluasi delapan dekade terakhir dan merencanakan masa depan.

Perang-perang yang berkecamuk di berbagai belahan dunia, persaingan antarnegara adidaya, krisis iklim, dan kelambatan dalam progres pembangunan berkelanjutan merupakan beberapa di antara tantangan yang ada, yang menyediakan cukup bahan untuk dibahas.

Selain Debat Umum, para pemimpin dunia memiliki kesempatan untuk menyampaikan pandangan mereka dalam serangkaian pertemuan tingkat tinggi, termasuk Konferensi Internasional Tingkat Tinggi untuk Penyelesaian Damai Masalah Palestina dan Pelaksanaan Solusi Dua Negara yang dilanjutkan kembali, serta acara tingkat tinggi untuk memperingati ulang tahun ke-80 PBB.

Sebelum atau selama pelaksanaan Pekan Tingkat Tinggi, banyak negara, termasuk Prancis, Inggris, Kanada, dan Australia, mengumumkan pengakuan mereka terhadap hak Palestina untuk mendirikan negara, sehingga Israel dan Amerika Serikat (AS) semakin terisolasi dalam masalah Palestina.

Acara lain yang digelar meliputi konferensi tingkat tinggi (KTT) iklim, Sustainable Development Goals Moment, pertemuan tingkat tinggi memperingati 30 tahun Konferensi Dunia Keempat tentang Perempuan, dan pertemuan tingkat tinggi tentang tata kelola kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Presiden AS Donald Trump menyerang badan dunia tersebut dalam pidatonya di UNGA dan mengeluh tentang malafungsi teleprompter serta eskalator yang mati mendadak saat dirinya menuju Ruang Sidang Umum.

Seorang pembawa acara Fox News, Jesse Watters, harus meminta maaf atas ancaman untuk mengebom atau menembakkan gas ke Markas Besar PBB yang dilontarkan dalam acara bincang-bincangnya "Jesse Watters Primetime", sebagai tanggapan atas gangguan teknis yang terjadi pada Selasa (23/9) terkait Trump.

Dalam acaranya pada Selasa, pembawa acara itu mengatakan, "Yang perlu kita lakukan adalah keluar dari PBB atau kita perlu mengebomnya ... mungkin menembakkan gas ... kita perlu menghancurkannya."

Watters kemudian meminta maaf, menurut Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (26/9) menyebabkan aksi walk out massal dari Ruang Sidang Umum, ketika begitu banyak delegasi keluar sebagai bentuk protes saat Netanyahu naik ke podium.

Pekan Tingkat Tinggi tahun ini diwarnai dengan penyalahgunaan visa oleh AS, yang memanfaatkan statusnya sebagai negara tuan rumah.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas tidak dapat melakukan perjalanan ke New York karena AS memberlakukan larangan visa terhadap pejabat Palestina. Abbas menyampaikan pidatonya secara daring.

Presiden Kolombia Gustavo Petro dicabut visanya setelah ikut serta dalam demonstrasi pro-Palestina di luar kantor PBB. Petro mengatakan New York mungkin tidak lagi cocok menjadi lokasi Markas Besar PBB.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |