Jakarta (ANTARA) - Jutaan pelancong China menghabiskan uang miliaran saat berwisata pada liburan Hari Buruh atau May Day, yang memberikan gambaran akan ketangguhan keyakinan konsumen dan vitalitas yang dimiliki perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.
Wisatawan China melakukan 314 juta perjalanan domestik dan menghabiskan 180,3 miliar yuan (1 yuan = Rp2.283) atau sekitar 25 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.472) dari 1 hingga 5 Mei, menandai peningkatan masing-masing sebesar 6,4 persen dan 8 persen secara tahunan (year on year/yoy), menurut data resmi.
Sebagai salah satu periode perjalanan tersibuk, jutaan warga China melakukan perjalanan untuk mengunjungi keluarga, menjelajahi destinasi wisata domestik, atau bepergian ke luar negeri pada momen liburan tersebut. Lonjakan perjalanan itu mendongkrak sektor transportasi, pariwisata, dan retail.
Para pelaku industri pariwisata menyebut liburan Hari Buruh kali ini sebagai masa liburan paling semarak dalam beberapa tahun terakhir berdasarkan berbagai indikasi, merujuk pada data yang kuat dan respons pasar yang solid.
Selama lima hari terakhir, jalan raya mengalami kemacetan, tiket kereta terjual habis dalam beberapa menit, dan berbagai destinasi wisata utama dibanjiri wisatawan.
Saat malam tiba, energi yang terasa tetap tinggi. Di Guangxi, pemerintah daerah menggelar karnaval malam hari, pertunjukan cahaya yang memukau, dan konser di ruang terbuka untuk merevitalisasi wisata malam hari dan mendorong orang-orang agar menghabiskan waktu lebih lama di luar ruangan dan meningkatkan aktivitas konsumsi.
Zona-zona budaya dan pariwisata malam hari yang diakui secara nasional mencatatkan hampir 76 juta kunjungan selama liburan tersebut, naik 5,2 persen dari setahun yang lalu, menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China.
Dorongan untuk mendiversifikasi pengalaman berlibur itu tidak terbatas pada daya tarik wisata malam hari saja. Di seantero China, pemerintah dan operator pariwisata daerah merangkul teknologi untuk meningkatkan kemudahan dan kenyamanan bagi jutaan pelancong yang melakukan perjalanan.
Di Kota Suzhou, Provinsi Jiangsu, sistem penghindaran puncak kemacetan yang berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) membantu para wisatawan untuk merencanakan rute dengan lebih efisien melalui analisis lalu lintas dan data keramaian dalam waktu nyata (real-time) di seluruh objek wisata utama di kota tersebut.
Di area wisata Gunung Qingcheng di Sichuan, para wisatawan dapat menemukan perangkat eksoskeleton robotik yang dirancang untuk mempermudah pendakian, serta layanan pengiriman drone yang dapat mengangkut kudapan dan pasokan ke wilayah pegunungan tersebut.
Lonjakan perjalanan juga meluas hingga melewati perbatasan China. Menurut data resmi, China mencatatkan hampir 10,9 juta perjalanan inbound dan outbound yang dilakukan oleh warga China dan asing selama liburan lima hari tersebut, atau rata-rata 2,18 juta perjalanan per hari, meningkat 28,7 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Pemulihan pariwisata inbound yang stabil didorong oleh meningkatnya minat dari sejumlah negara termasuk Myanmar, Korea Selatan, Malaysia, Australia, dan Inggris.
Kebijakan bebas visa China juga memainkan peran. Total 380.000 warga asing memasuki China di bawah skema tersebut selama liburan Hari Buruh, meningkat 72,7 persen (yoy).
Untuk menyambut lebih banyak wisatawan mancanegara, China telah memperluas kebijakan bebas visa untuk memungkinkan masa tinggal yang lebih lama dan perjalanan yang lebih leluasa di dalam negara tersebut dengan penyederhanaan prosedur visa, dan memperkenalkan berbagai kemudahan baru seperti pengembalian pajak instan bagi wisatawan yang hendak meninggalkan China.
Di tengah ketidakpastian global yang meningkat, China telah mengutamakan peningkatan konsumsi sebagai landasan pertumbuhan ekonominya. Para pembuat kebijakan di tingkat nasional maupun daerah telah meluncurkan serangkaian langkah tertarget untuk mendongkrak kembali pengeluaran rumah tangga, dengan sektor jasa, yang juga mencakup pariwisata, disorot sebagai pendorong yang menjanjikan bagi upaya tersebut.
Upaya-upaya tersebut mulai membuahkan hasil. Pada kuartal pertama 2025, total penjualan retail barang konsumsi China meningkat 4,6 persen (yoy). Konsumsi jasa juga meningkat, dengan penjualan retail jasa menguat 5 persen.
Pada kuartal pertama 2025, ekonomi China tumbuh 5,4 persen dibandingkan setahun sebelumnya, menempatkannya sebagai salah satu perekonomian dengan pertumbuhan tercepat di dunia.