Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) tengah memacu percepatan konversi ke penggunaan bahan bakar solar menjadi biosolar sebagai upaya menekan polusi udara di wilayah Jabodetabek.
"Kami tadi pagi juga kembali menandatangani surat kepada kita semua untuk mengkonversi dari bahan bakar solar menjadi biosolar," ujar Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq dalam kunjungan ke kawasan industri di Cikarang, Jawa Barat, Rabu.
Upaya percepatan konversi biosolar itu mengingat sektor transportasi menyumbang 35 persen dari polusi udara yang terjadi di wilayah Jabodetabek saat ini. Sumbangan itu disebabkan karena kualitas bahan bakar minyak (BBM) yang masih digunakan saat ini belum memenuhi standar untuk baku mutu yang disepakati internasional.
Standar emisi ketat seperti Euro 4 diharapkan dapat mampu mencapai kondisi baku mutu yang mampu menjaga kesinambungan kondisi lingkungan hidup di Indonesia.
Baca juga: Tangani polusi, Menteri LH sisir 48 kawasan industri di Jabodetabek
"BBM kita masih di dalam kerangka jauh dari tantangan. Kandung bahan-bahan yang berkontribusi menyebabkan penurunan kualitas udara di sekitar kita ini. Terutama dari sulfur yang kemudian mempengaruhi kualitas dari BBM kita," jelasnya.
Dengan konversi dari bahan bakar solar menjadi biosolar maka diharapkan mengurangi sulfur, yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.
"Melalui konversi biosolar ini, kalau B30 maka akan ada penurunan sulfur di angka 30 persen dari sisi solarnya. Kalau kita kemudian perbesar lagi itu cara yang paling efektif bilamana kita tidak mampu mengkonversi menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan," demikian Hanif Faisol Nurofiq.
Baca juga: KLH siap sanksi kawasan industri agar kelola lingkungan lebih baik
Baca juga: Memadukan langkah mewujudkan energi bersih di Indonesia
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025