Kerja Sama Riset Kelautan China-RI Petakan Masa Depan Berkelanjutan

3 hours ago 2

Qingdao (ANTARA) - "Lihat, itu saya! Saya tidak pernah menyangka akan menjadi saksi kerja sama antara Indonesia dan China di bidang maritim," ungkap Rafidha Dh Ahmad Opier, seorang mahasiswa doktoral di Ocean University of China yang juga merupakan staf Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Republik Indonesia (RI).

Dalam Pameran Maritim Asia Timur (East Asia Marine Expo) 2025 di Qingdao, dia menunjuk ke sebuah foto di area pameran tentang kerja sama ilmu kelautan China-Indonesia dengan penuh kegembiraan.

Pameran Maritim Asia Timur 2025 diselenggarakan dari 7 hingga 9 September di Qingdao, sebuah kota pesisir di Provinsi Shandong, China timur. Acara tersebut menampilkan lima zona pameran yang meliputi pencapaian pengembangan kelautan, biomedis kelautan, teknologi dan peralatan kelautan, serta komoditas kelautan internasional, yang menarik lebih dari 450 perusahaan dan institusi.

"Kedua negara memiliki sejarah panjang dalam pertukaran persahabatan, dan interaksi akademik selalu terjalin dengan erat. Secara khusus, kerja sama dalam penelitian ilmiah kelautan memainkan peran penting dalam memajukan hubungan bilateral," kata Rafidha kepada Xinhua.

Salah satu sorotan utama dalam acara tersebut adalah pameran gabungan "Pencapaian Kerja Sama Ilmu Kelautan China-Indonesia" (China-Indonesia Marine Science Cooperation Achievements) bersama "Pencapaian Pengembangan Kelautan Shandong" (Shandong Marine Development Achievements), yang menandai peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara.

Dengan praktik-praktik di Shandong sebagai contoh, pameran ini merepresentasikan visi China tentang komunitas maritim dengan masa depan bersama, sekaligus menjadi jendela penting untuk menampilkan kerja sama dan pembangunan berkualitas tinggi.

Diluncurkan pada 2010, Indonesia-China Center for Ocean and Climate (ICCOC) telah berperan sebagai jembatan yang kokoh untuk kolaborasi ilmiah. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua pihak telah bersama-sama melaksanakan lebih dari 30 proyek praktis, banyak di antaranya meraih kemajuan yang signifikan melalui upaya berkelanjutan.

Salah satu model yang menonjol di pameran tersebut adalah model Bailong Buoy. Perangkat ini mentransmisikan data pengamatan secara waktu nyata (real-time) ke Sistem Telekomunikasi Global (Global Telecommunication System/GTS), mengintegrasikan teknologi pemantauan yang dikembangkan secara mandiri oleh China ke dalam jaringan global.

Menurut keterangan staf di lokasi, China dan Indonesia telah bersama-sama menempatkan 10 Bailong Buoy itu di area-area penting di Samudra Hindia timur, guna mengumpulkan data berharga yang telah memperkuat kerja sama dalam prediksi musim monsun, pencegahan dan mitigasi bencana, serta perlindungan ekologi laut

Selain itu, kedua negara telah mendirikan enam stasiun observasi kelautan bersama dalam tiga kategori, melaksanakan ratusan pelayaran penelitian bersama, dan meluncurkan serangkaian program kerja sama internasional. Bersama-sama mereka telah mengumpulkan beragam data dan sampel hidrologi, meteorologi, geologi, dan biokimia yang ekstensif, memberikan contoh yang baik bagi kerja sama kelautan global.

Pelatihan sumber daya manusia juga menjadi bagian penting dari kerja sama bilateral. Melalui pelatihan di lapangan, pertukaran jangka pendek, dan program gelar, lebih dari 1.000 tenaga profesional di bidang ilmu kelautan telah dilatih. Banyak mahasiswa internasional penerima Beasiswa Kelautan China yang kini berkontribusi di bidang masing-masing, dan Rafidha adalah salah satunya.

"Semakin banyak orang yang dapat mendedikasikan diri mereka pada ilmu kelautan, semakin kuat pula kekuatan gabungan kita. Saya yakin kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi pada akhirnya akan mendukung pembangunan ekonomi dan sosial serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.

Hasil kerja sama ini juga memberikan manfaat bagi masyarakat lokal. Di pameran tersebut, para pengunjung dapat mengetahui bahwa di Cilacap di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, teknologi praktis yang disediakan oleh China telah membantu warga setempat menanam dan melindungi mangrove, mengembangkan ekowisata, serta meningkatkan mata pencaharian dan lingkungan setempat. Pemerintah China juga telah memfasilitasi kemitraan antara perusahaan-perusahaan China dan Indonesia, mendorong interaksi positif antara kebijakan, teknologi, dan pasar.

"Saya juga sedang mempelajari lebih banyak tentang China. Ketika saya kembali ke Indonesia, selain melanjutkan penelitian kelautan, saya akan membagikan pengalaman saya di China kepada teman-teman saya, sehingga mereka dapat lebih memahami negara ini (China)," kata Rafidha.

Shi Zhongjun, sekretaris jenderal Pusat ASEAN-China, menjelaskan bahwa baik dalam pemanfaatan sumber daya, perlindungan laut, eksplorasi, maupun mitigasi bencana, China dan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia dapat memperkuat riset, menghadapi berbagai tantangan bersama, dan mengembangkan pengelolaan laut secara bersama-sama.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |