Kenali 6 bahaya makan menggunakan wadah styrofoam

5 hours ago 4

Jakarta (ANTARA) - Wadah styrofoam atau polistirena ekspansi (EPS) sering digunakan dalam kemasan makanan karena harganya yang murah dan ringan. Karena sifatnya yang praktis, banyak industri makanan yang memilih menggunakan wadah ini untuk kemasan produk mereka.

Namun, penggunaan wadah ini dapat menimbulkan berbagai bahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sebagai bahan yang sulit terurai, styrofoam dapat mencemari lingkungan dan berdampak buruk bagi ekosistem. Berikut enam risiko yang perlu Anda ketahui.

Baca juga: Daftar makanan yang bikin kulit cepet menua dan keriput

6 bahaya makan menggunakan styrofoam

1. Pelepasan zat kimia berbahaya

Ketika terkena panas atau makanan asam, wadah styrofoam dapat melepaskan zat kimia seperti stirena dan benzena ke dalam makanan. Paparan jangka panjang terhadap zat-zat ini dapat meningkatkan risiko kanker, gangguan sistem saraf, dan masalah pernapasan.

2. Gangguan hormon dan reproduksi

Stirena dalam styrofoam dapat bertindak sebagai pengganggu endokrin, mengganggu keseimbangan hormon tubuh. Paparan pada wanita hamil dapat mempengaruhi perkembangan janin dan meningkatkan risiko kelainan reproduksi.

3. Kontaminasi mikroplastik

Styrofoam dapat terurai menjadi mikroplastik yang dapat masuk ke dalam sistem pencernaan manusia melalui makanan. Mikroplastik ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan masalah kesehatan lainnya.

4. Risiko kesehatan jangka panjang

Paparan kronis terhadap bahan kimia dalam styrofoam dapat menyebabkan kerusakan hati, gangguan saraf, dan meningkatkan risiko kanker. Efek ini lebih berisiko pada anak-anak dan janin yang sedang berkembang.

Baca juga: Kebiasaan makan yang sebaiknya dihindari untuk mencegah diabetes

5. Dampak lingkungan

Styrofoam sangat sulit terurai di lingkungan, membutuhkan waktu hingga 500 tahun untuk terurai secara alami. Hal ini menyebabkan akumulasi sampah yang mencemari tanah, air, dan udara, serta mengganggu ekosistem.

6. Potensi luka bakar

Wadah styrofoam tidak tahan terhadap suhu tinggi dan dapat meleleh atau retak saat digunakan untuk makanan panas. Hal ini meningkatkan risiko luka bakar akibat tumpahan makanan panas .

Cara mengurangi risiko

- Hindari menggunakan styrofoam untuk makanan panas, berminyak, atau asam.

- Gunakan wadah alternatif yang lebih aman, seperti kaca, stainless steel, atau keramik.

- Jika terpaksa menggunakan styrofoam, hindari pemanasan langsung dan kontak langsung dengan makanan.

- Dukung upaya daur ulang dan pengurangan penggunaan styrofoam di lingkungan sekitar.

Dengan memahami dampak negatif dari wadah styrofoam, kita bisa lebih sadar akan pentingnya mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan. Mengurangi penggunaan styrofoam bukan hanya membantu mengurangi sampah, tetapi juga menjaga ekosistem.

Selain itu, dengan beralih ke bahan kemasan yang lebih aman, kita dapat melindungi kesehatan diri sendiri dan orang lain. Langkah sederhana ini dapat memberikan kontribusi besar untuk masa depan yang lebih baik bagi lingkungan kita.

Baca juga: 10 makanan pengganti nasi yang sehat dan mengenyangkan

Baca juga: Hati-hati, konsumsi makanan ultra-proses bisa perpendek harapan hidup

Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |