Nairobi (ANTARA) - Membangun sebuah platform untuk transfer teknologi dan inovasi melalui kerja sama China-Afrika sangat penting bagi peningkatan sistem pangan di Afrika di tengah tekanan terkait iklim, penyebaran hama dan wabah penyakit serta penurunan tingkat kesuburan tanah, demikian menurut pernyataan sejumlah ilmuwan dan pemimpin industri pada Selasa (8/4).
Berbicara di sebuah acara sampingan selama berlangsungnya Pekan Ilmu Pengetahuan Kelompok Konsultatif tentang Penelitian Pertanian Internasional (Consultative Group on International Agricultural Research/CGIAR) di Nairobi, ibu kota Kenya, para peserta mengatakan bahwa memanfaatkan teknologi pemuliaan tanaman, pengendalian hama, dan irigasi akan memungkinkan benua ini untuk mengatasi krisis kelaparan yang berkepanjangan.
Acara sampingan yang bertema "Membangun Jembatan" itu diselenggarakan oleh CGIAR dan para mitranya, termasuk perusahaan genomik asal China, BGI Group, salah satu organisasi ilmu hayati dan genomik terkemuka di dunia untuk menjajaki area-area kolaborasi baru di bidang pertanian dan konservasi keanekaragaman hayati.
Direktur Pelaksana CGIAR Ismahane Elouafi menyerukan untuk memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), ilmu genomik, dan teknologi nano untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak di Afrika di tengah-tengah krisis kelaparan dan malnutrisi yang dipicu oleh iklim.
Ia menekankan untuk mengurangi tagihan impor pangan di benua ini, yang saat ini mencapai sekitar 100 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.943) per tahun, investasi di bidang kesehatan tanah, pengelolaan air, dan pengembangbiakan varietas tanaman berproduksi tinggi sangatlah penting.
Afrika akan mendapatkan keuntungan dari teknologi pertanian China sejalan dengan kerja sama Selatan-Selatan untuk meningkatkan produksi dan ekspor pangan dalam negeri, katanya, seraya menambahkan bahwa kehadiran Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS) dan BGI Group di CGIAR Science Week menegaskan kembali peran penting kemitraan China-Afrika dalam mewujudkan revolusi agraria di benua itu.
Salah satu pendiri dan Ketua Dewan Direksi BGI Group Wang Jian mengatakan "dengan memanfaatkan teknologi pengurutan mutakhir dan pemodelan AI, BGI memiliki kemampuan untuk mendigitalkan jutaan sampel plasma nutfah yang dikumpulkan oleh para peneliti di seluruh dunia."
Direktur BGI-Research Xu Xun mengatakan bahwa peningkatan kemitraan dengan CGIAR akan mendorong digitalisasi plasma nutfah, mempercepat pemuliaan tanaman, dan memperkuat ketahanan sistem pangan di negara-negara berkembang, terutama di Afrika.
Menurut Xu, BGI Group memiliki platform pengurutan yang canggih dan model AI untuk analisis data yang dapat digunakan untuk mendorong digitalisasi sistem benih, menyuntikkan vitalitas ke dalam produksi pangan di Global South.
Ia mengatakan teknologi genomik BGI dapat membantu mempercepat pemuliaan varietas tanaman yang tahan iklim.
Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025