Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menyebutkan 8.500 hektare hutan di Indonesia terbakar hingga Mei 2025, dan diprediksi meningkat pada Juni dan Juli.
"Luas kebakaran hutan di Indonesia dari Januari hingga Mei 2025 dengan menggunakan citra satelit ini sekitar 8.500 hektare untuk semua provinsi di Indonesia, dan kelihatannya pada Juni-Juli ini akan ada peningkatan," kata Kepala Sub Direktorat Penanggulangan Kebakaran Hutan Kemenhut Israr Albar di Jakarta, Rabu.
Israr juga mengemukakan, hampir 100 persen penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yakni antropogenik atau buatan manusia yang dapat semakin meluas apabila dipengaruhi cuaca yang sangat panas.
"Kalau kita lihat dari penyebab kebakaran, saya kira untuk negara-negara tropis begitu, tidak hanya Indonesia, termasuk Asia Tenggara, penyebab utamanya adalah antropogenik, jadi dari faktor manusia, bahkan berdasarkan penelitian dari pakar kebakaran, kalau untuk kasus kebakaran di gambut, bisa jadi 99 sampai 100 persen karena antropogenik," ujar dia.
Baca juga: Kemenhut utamakan pencegahan dalam pengendalian kebakaran hutan
Ia menjelaskan, pengaruh iklim juga sangat berperan dan menjadi pemicu kebakaran hutan, meskipun berdasarkan pantauan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tahun ini Indonesia belum memasuki masa El-Nino, sehingga cuaca masih kemarau basah.
Untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan tersebut, Kemenhut telah melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) yang dilakukan di tiga provinsi, utamanya di daerah rawan kebakaran seperti Sumatera Selatan, Riau, dan Jambi.
Selain OMC, Kemenhut juga memberdayakan Manggala Agni di 17 wilayah yang memiliki anggota hampir 1.000 orang. Mereka mengutamakan tiga pilar yakni koordinasi, terpimpin, dan partisipasi masyarakat.
"Mereka, teman-teman Manggala Agni itu yang melakukan tidak hanya pemadaman, tetapi juga memiliki tiga pilar di dalam pengendalian kebakaran. Kita juga membina masyarakat peduli api yang sampai sekarang sekitar 11 ribu orang yang menjadi anggota peduli api di 27 provinsi," ujarnya.
Baca juga: Menhut paparkan penurunan signifikan karhutla nasional
Untuk memantau titik panas atau hotspot, masyarakat peduli api tersebut bekerja sama dengan TNI, Polri, serta seluruh masyarakat untuk turut serta melakukan upaya konservasi dan mengutamakan kepentingan lingkungan guna mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.