Jakarta (ANTARA) - Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) berupaya meratakan akses hiburan bagi masyarakat desa melalui pengembangan jaringan film desa dan penyelenggaraan Festival Film Desa 2025.
“Dulu waktu kecil, hampir setiap kabupaten punya bioskop-bioskop. Sekarang banyak yang tidak lagi. Karena itu lewat dorongan Festival Film Desa dan terbangunnya jaringan film desa, kita berharap ke depan muncul bioskop-bioskop mini di kecamatan-kecamatan, bahkan di desa-desa,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes PDT Samsul Widodo saat memberikan arahan dalam Sosialisasi dan Peluncuran Festival Film Desa, seperti diikuti di Jakarta, Senin.
Sebelumnya Samsul Widodo telah menyampaikan saat ini Indonesia hanya memiliki 517 bioskop dengan 2.145 layar dan sekitar 60 persen diantaranya berada di Jakarta. Kondisi itu, kata dia, menunjukkan adanya ketimpangan akses hiburan antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Baca juga: Kemendes kembangkan ekonomi kreatif melalui Festival Film Desa
Sejalan dengan itu Kemendes menghadirkan Festival Film Desa 2025 sebagai bagian dari gerakan nasional membangun ekonomi kreatif berbasis teknologi digital di desa. Menurut Samsul, dengan semakin luasnya akses internet dan perangkat teknologi, masyarakat desa kini memiliki peluang untuk menciptakan karya film sendiri.
“Harapan kami, festival ini menjadi pintu masuk agar desa-desa punya ruang hiburan, sekaligus ruang ekspresi. Ketika warga desa bisa menonton hasil karya mereka sendiri, di situlah hiburan dan pemberdayaan berjalan seiring,” katanya.
Baca juga: LSF RI terus kembangkan Desa Sensor Mandiri
Melalui program itu Kemendes PDT tidak hanya ingin menghadirkan tontonan, tetapi juga menumbuhkan kreativitas lokal. Produksi film desa, kata dia, diharapkan melibatkan banyak pihak, mulai dari kepala desa, perangkat desa, hingga anak-anak muda yang tertarik pada dunia perfilman. Dengan begitu kegiatan tersebut dapat memunculkan efek ekonomi baru di tingkat lokal.
Dengan pengembangan jaringan film desa dan lahirnya mini bioskop di wilayah perdesaan, Samsul berharap kesenjangan akses hiburan dapat semakin berkurang. Menurutnya, film bukan sekadar sarana hiburan, melainkan juga dapat menjadi sarana edukasi, refleksi budaya, dan kebangkitan ekonomi kreatif dari desa untuk Indonesia.
Baca juga: Desa di Banda Aceh dinobatkan jadi gampong industri perfilman
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































