Jakarta (ANTARA) - Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kementerian Agama Arsad Hidayat menyebut Kurikulum Cinta yang saat ini terus digodok akan menjawab tujuh tantangan lingkungan yang dewasa ini terus terdegradasi.
"Isu lingkungan sering dipandang sebelah mata, padahal menyangkut keberlanjutan hidup manusia," ujar Arsad Hidayat dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Arsad mengatakan pentingnya kesadaran lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab spiritual dan sosial umat beragama. Isu lingkungan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam praktik keagamaan.
"Jika kita tidak serius, bumi akan rusak, dan kita akan menghadapi biaya besar untuk hidup normal," katanya.
Baca juga: Kemenag kenalkan Kurikulum Cinta sebagai jawaban problem kemanusiaan
Baca juga: Menag kenalkan konsep Kurikulum Cinta di Universitas Katolik
Melalui konsep Kurikulum Cinta yang digagas Kemenag, ia mengajak tokoh agama, guru, penyuluh agama, dan masyarakat untuk lebih peduli terhadap keberlanjutan bumi.
Pendekatan ini, menurutnya, mampu menjawab berbagai tantangan lingkungan yang semakin mendesak.
Ia memaparkan tujuh tantangan utama yang dihadapi dunia saat ini, mulai dari perubahan iklim yang menyebabkan ketidakseimbangan cuaca, hingga pencemaran plastik yang sulit terurai.
Pertama, perubahan iklim (climate change), yang menyebabkan suhu global meningkat dan mengganggu keseimbangan cuaca.
"20 atau 30 tahun lalu, musim hujan dan musim kemarau berlangsung teratur, kini terjadi ketidakseimbangan. Musim kemarau kadang berkepanjangan atau hujan yang terus-menerus," kata Arsad.
Kedua adalah hilangnya keanekaragaman hayati akibat kerusakan habitat, deforestasi, serta perburuan liar. Banyak spesies yang dahulu umum ditemukan kini berada di ambang kepunahan, mengancam keseimbangan ekosistem.
Ketiga, pencemaran lingkungan yang mencakup pencemaran udara, air, dan tanah. Arsad mengungkapkan kondisi sungai yang semakin tercemar oleh limbah industri, sehingga tidak lagi layak digunakan oleh masyarakat.
Baca juga: Menag: Kurikulum Cinta refleksi peran agama bangun masyarakat rukun
Keempat, krisis air yang menyebabkan semakin menurunnya ketersediaan air bersih. "Dulu, air dapat dikonsumsi langsung, kini kualitasnya semakin menurun akibat pencemaran dan eksploitasi sumber daya air," katanya.
Kelima, pengurangan hutan yang menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies serta menurunkan kemampuan alam dalam menyerap karbon. Dampak dari deforestasi ini semakin memperburuk perubahan iklim dan mengancam keseimbangan alam.
Keenam, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, yang mengancam keseimbangan ekosistem. Arsad menekankan perlunya pengelolaan berkelanjutan dalam pemanfaatan energi terbarukan, pengelolaan limbah, serta praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Ketujuh, pencemaran plastik yang menjadi ancaman serius karena sifatnya yang sulit terurai. "Plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terdegradasi, sehingga akumulasi limbah plastik terus meningkat," kata Arsad.
Menurutnya, isu-isu lingkungan tersebut menjadi perhatian utama Kemenag. Dalam berbagai kesempatan, dua narasi yang selalu ditekankan adalah Kurikulum Cinta dan Ekoteologi, yang merupakan kelanjutan dari Deklarasi Istiqlal antara Imam Besar Masjid Istiqlal dan Paus Fransiskus.
Baca juga: Menag: Kurikulum Cinta cegah kebencian antar-agama sejak dini
Baca juga: Menag sebut Kurikulum Cinta terus dikaji agar bisa segera diterapkan
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025