Lisbon (ANTARA) - Saat China dan Uni Eropa (UE) memperingati 50 tahun hubungan diplomatik pada 2025, kemitraan mereka dalam sektor energi hijau terus berkembang dengan cakupan dan jangkauan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dari tenaga surya dan angin hingga penyimpanan baterai dan mobilitas listrik, kapasitas hijau China menjadi mesin vital bagi kerja sama ekologis China-UE. Kerja sama ini mendorong pengurangan emisi karbon, mempercepat transisi hijau, dan menawarkan model praktis bagi pembangunan berkelanjutan global.
Transformasi energi bersih di Eropa semakin mendapatkan momentum, seiring dengan meningkatnya keterlibatan China di berbagai kawasan kunci. Di Portugal, kerja sama dalam bidang tenaga surya dan teknologi baterai litium semakin erat.
Pedro Amaral Jorge, CEO Asosiasi Energi Terbarukan Portugal (Portuguese Renewable Energy Association), mengatakan panel surya buatan China kini mencakup sekitar 85 persen pangsa pasar negara tersebut, semuanya tersertifikasi sesuai standar internasional tertinggi.
Dia menekankan bahwa guna memenuhi target Portugal untuk membangun kapasitas tenaga surya terpasang sebesar 22 gigawatt (GW) pada 2030, diperlukan "kemitraan yang semakin erat dengan China." Jorge juga menyoroti peran China dalam mendukung pencapaian target energi dan iklim UE yang lebih luas pada 2030.
Sebagai salah satu pemimpin energi surya di Eropa, Spanyol menempati peringkat kedua di UE dalam kapasitas fotovoltaik terpasang, di bawah Jerman.
"Produk-produk China sangat kompetitif," kata Milan Prodanovic, kepala divisi sistem kelistrikan di IMDEA Energy, sebuah lembaga riset yang berbasis di Madrid. Dia menambahkan bahwa teknologi-teknologi China pasti akan memainkan peran kunci dalam solusi energi masa depan Spanyol.
Di Eropa Tengah dan Eropa Timur, kehadiran China dalam energi terbarukan juga terus berkembang. Di Bosnia dan Herzegovina, Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Angin Ivovik, yang dikembangkan bersama oleh PowerChina dan China General Technology Group, terhubung ke jaringan listrik selama lebih dari sembilan bulan, menghasilkan lebih dari 160 juta kilowatt-jam (kWh) listrik.
Dengan kapasitas 84 megawatt (MW), ini adalah ladang angin terbesar di negara tersebut dan diproyeksikan dapat mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 240.000 ton per tahun.
Marinko Cavara, wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) negara tersebut dan ketua kelompok persahabatan parlemen dengan Asia, mengatakan bahwa proyek seperti Ivovik sudah memberikan manfaat nyata.
"Ini adalah proyek-proyek yang berorientasi pada rakyat yang secara bertahap meningkatkan kehidupan dan mendukung pembangunan nasional," ujarnya kepada Xinhua.

Selain di sektor pembangkit listrik, produsen kendaraan listrik (electric vehicle/EV) China juga mempercepat masuknya ke pasar Eropa. Produsen mobil seperti BYD, SAIC Motor, dan Chery dengan cepat memperluas kehadiran mereka. BYD sedang membangun pabrik mobil penumpang di Hongaria, sementara Chery telah bermitra dengan Ebro dari Spanyol untuk memproduksi EV secara lokal.
Pemain industri dalam rantai pasokan energi hijau pun mulai mengikuti tren ini. Raksasa baterai CATL sedang membangun fasilitas produksi di Jerman, Hongaria, dan Spanyol.
"Sektor otomotif Eropa semakin terbuka terhadap kapasitas hijau China; bukan hanya karena efisiensi biaya dan skala industri, tetapi juga karena inovasi dalam baterai, kendaraan pintar, dan sistem penggerak," kata pakar otomotif Jerman, Ferdinand Dudenhoffer.
Dudenhoffer menyebut bahwa perusahaan-perusahaan China semakin memainkan peran kunci dalam transisi otomotif hijau di Eropa dan memberikan kontribusi besar terhadap upaya global menuju mobilitas berkelanjutan.
Ke depannya, Fernanda Ilheu, profesor di Universitas Lisbon sekaligus presiden Asosiasi Jalur Sutra Baru (New Silk Road Association), menekankan bahwa kerja sama China-UE dalam energi bersih, tata kelola lingkungan, dan teknologi hijau membentuk model transformasi ramah lingkungan yang saling menguntungkan.
"Pendekatan ini tidak hanya mempercepat pertumbuhan berkelanjutan di kawasan kami, tetapi juga menawarkan referensi praktis bagi negara-negara di seluruh Global South," ujarnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.