Jakarta (ANTARA) - PT Kereta Api Indonesia/KAI (Persero) memperkuat fungsi mobilitas Stasiun Manggarai yang telah berusia 107 tahun dengan menghadirkan layanan modern, integrasi antarmoda, serta pelestarian nilai sejarah sebagai simpul strategis transportasi nasional.
“Stasiun Manggarai adalah bukti bagaimana sebuah infrastruktur publik dapat merekam sejarah bangsa sekaligus menjadi motor kemajuan perkotaan,” kata Vice President Public Relations KAI Anne Purba, di Jakarta, Jumat.
Stasiun Manggarai merayakan usia ke-107 tepat pada 1 Mei 2025 sebagai simpul mobilitas urban modern yang menghubungkan sejarah panjang, inovasi infrastruktur, dan masa depan transportasi publik nasional secara terintegrasi dan efisien.
Nama “Manggarai” berasal dari komunitas asal Flores, Nusa Tenggara Timur, yang dibawa ke Batavia pada masa kolonial dan berkembang menjadi pusat transportasi penting di ibu kota Indonesia hingga hari ini.
Sejarah kereta api Jakarta dimulai 1871 saat Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) membangun jalur Jakarta-Bogor, lalu dibeli Staatsspoorwegen pada 1913 seharga 8,5 juta gulden untuk membangun Stasiun Manggarai di titik pertemuan strategis.
Stasiun ini resmi beroperasi pada 1 Mei 1918 dengan lima peron, lantai granit Bumiayu, dan struktur besi karya arsitek Ir J Van Gendt, yang masih menjadi identitas visual kawasan tersebut hingga kini.
Peran strategis Manggarai juga tercatat dalam sejarah, yakni saat menjadi titik keberangkatan Kereta Luar Biasa yang membawa Presiden Soekarno ke Yogyakarta pada 3 Januari 1946 untuk memindahkan ibu kota secara rahasia.
Anne menyebut Stasiun Manggarai sebagai infrastruktur publik yang merekam jejak sejarah bangsa sekaligus menjadi motor utama dalam kemajuan mobilitas urban masa kini.
Kini, Stasiun Manggarai melayani berbagai jalur Commuter Line Jabodetabek dan Bandara Soekarno-Hatta, menjadikannya simpul transportasi terintegrasi dengan konektivitas tinggi yang sangat vital dalam sistem perkotaan Jakarta.
Jumlah perjalanan kereta meningkat dari 881 pada 2015 menjadi 1.100 pada 2023, lalu mencapai 1.063 perjalanan pada 2025 berdasarkan Gapeka per April, menunjukkan kinerja operasional yang stabil dan dinamis.
Peningkatan kapasitas dilandasi proyek jalur bawah dan jalur layang oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan, memungkinkan optimalisasi lintasan dan penguatan sistem transportasi nasional berbasis rel secara berkelanjutan.
Dari sisi penumpang, volume naik dari 5,7 juta pada 2015 menjadi 7,55 juta pada 2019, sempat turun akibat pandemi, lalu pulih pada 2023 dengan 5,11 juta penumpang dan tambahan 405 ribu pengguna KA Bandara.
Tahun 2024, tercatat 57,67 juta penumpang transit di Manggarai, dengan rata-rata 166.587 orang per hari kerja dan 149.930 saat akhir pekan, menjadikannya titik transit harian terbesar dalam jaringan KAI Commuter.
Hingga April 2025, volume penumpang Stasiun Manggarai terus meningkat dengan 430.780 gate in, 405.916 gate out, dan total akumulasi 407.278 penumpang yang mencerminkan vitalitas sistemik dan geografis stasiun.
Transformasi Manggarai melalui proyek Sentral Terpadu DJKA mencakup jalur layang, perluasan layanan penumpang, dan integrasi antarmoda, agar menghadirkan pengalaman mobilitas yang modern, efisien, dan terhubung lintas transportasi urban.
Stasiun itu telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya nasional berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 475 Tahun 1993 dan SK Mendikbud No. 011/M/1999. Di balik fungsinya sebagai simpul mobilitas, Stasiun Manggarai juga menyimpan identitas sejarah kota dan bangsa.
“KAI berkomitmen menjadikan Stasiun Manggarai sebagai model integrasi antara warisan sejarah dan inovasi masa depan. Momentum 107 tahun ini kami manfaatkan untuk terus menyempurnakan layanan dan memperkuat peran Manggarai sebagai ikon transportasi modern,” kata Anne pula.
Baca juga: Konstruksi Stasiun LRT Manggarai mulai dikerjakan
Baca juga: Kementerian PKP - PT KAI siapkan penataan kawasan Stasiun Manggarai
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025