Beijing (ANTARA) - Direktur PT Kereta Api Indonesia (KAI) Bobby Rasyidin mengatakan perusahaannya tengah menjajaki penggunaan lokomotif bertenaga baterai sebagai bagian dari modernisasi armada dan upaya menekan emisi.
“Kami berdiskusi dengan salah satu industri di China tentang bagaimana mereka dapat membantu kami melakukan peremajaan armada. Sebagian besar lokomotif kami masih menggunakan mesin diesel, dan kami ingin beralih ke sistem elektrifikasi atau kereta berbasis baterai,” kata Bobby di Beijing, Rabu.
Bobby mendampingi Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, Direktur Jenderal Perkeretaapian Allan Tandiono, serta pejabat terkait lainnya dalam kunjungan kerja ke Beijing, Qingdao, dan beberapa kota di China untuk bertemu dengan Menteri Transportasi dan pelaku industri perkeretaapian.
“Kalau mobil listrik disebut EV (electric vehicle), maka kereta listrik ini disebut e-train. Teknologi ini bisa meningkatkan efisiensi layanan, menurunkan biaya operasional, mengurangi emisi, sekaligus memperkuat program hijau KAI,” ujarnya.
Baca juga: KAI jadikan China acuan pengembangan kereta di Indonesia
Ia menuturkan kereta bertenaga baterai dapat diterapkan untuk layanan antarkota maupun perkotaan seperti KRL Jabodetabek.
“Dulu kereta listrik harus terhubung ke jaringan listrik di atas rel, tetapi kini dengan teknologi baterai, kereta bisa beroperasi mandiri. Di China, e-lokomotif seperti ini sudah banyak digunakan,” jelasnya.
Bobby menambahkan bahwa penggunaan lokomotif baterai akan menjadi lompatan besar dalam transformasi teknologi KAI.
“Kami ke sini untuk mempelajari teknologi, skema pengoperasian, hingga integrasi antarmoda transportasi,” katanya.
Meski begitu, ia menegaskan belum ada kesepakatan pembelian rangkaian baru dari China.
“Pengadaan memang bagian dari modernisasi, tetapi belum dibahas secara spesifik. Fokus kami masih pada konversi lokomotif diesel ke tenaga listrik,” ujarnya.
KAI saat ini memiliki ratusan lokomotif diesel berbagai tipe, termasuk CC202 dan CC205 untuk angkutan batu bara di Sumatera serta CC206 untuk barang dan penumpang di Jawa. Selain itu, KAI memesan 11 rangkaian KRL dari China; delapan telah beroperasi, sementara tiga lainnya masih menjalani uji kelaikan teknis sebelum beroperasi penuh.
Baca juga: China siap restrukturisasi utang KCIC, tekankan manfaat publik bagi RI
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































